Hard News

Doakan Persatuan NKRI, Warga Solo Gelar Kenduri Nusantara 2019

Jateng & DIY

03 Maret 2019 20:05 WIB

Suasana acara Kenduri Nusantara 2019. (solotrust-rum)


SOLO, solotrust.com - KH Ahmad Muwafiq yang lebih dikenal dengan Kiai Muwafiq atau Gus Muwafiq, mengingatkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar sejak dulu karena berhasil mengelola konflik agama. Hal itu disampaikan saat memberi tausiyah di acara Kenduri Nusantara 2019 di Benteng Vastenberg Solo, Minggu (3/3/2019).



Menurutnya, sekarang ini masyarakat dibikin malu menjadi bangsa Indonesia dengan cerita yang dibuat-buat seolah ini bangsa kerdil dan bangsa yang bodoh. Padahal bangsa ini memiliki kekayaan alam, bahasa, dan budaya. Jadi sebagai bangsa yang kuat, ia mengimbau masyarakat tidak ragu menjadi bangsa Indonesia.

"Konflik agama sudah dihindarkan, makanya ketika di zaman Majapahit aneka ragam kehidupan bangsa ini dikukuhkan dalam satu kata besar namanya Bhinneka Tunggal Ika dan antaragama saling menjaga. Bagi orang yang mengerti sejarah bangsa ini, itulah warisan asli bangsa Indonesia," papar ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Yogyakarta itu.

Kenduri Nusantara 2019 Doa Anak Negeri ini diadakan oleh warga masyarakat Kota Solo sebagai bentuk keprihatinan dengan kondisi saat ini, di mana saudara sebangsa terpecah belah karena Pemilu Presiden (Pilpres). Sebagai saudara setanah air, masyarakat diharapkan bisa saling menjaga persaudaraan dan Pilpres tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan.

Perwakilan Masyarakat Solo, Enny Wahyuningsih, menegaskan pihaknya bukan dari kelompok tertentu, tapi masyarakat yang peduli yang ingin menyebarkan kebaikan dan ingin menyampaikan bahwa sebagai orang Indonesia terutama orang Jawa, kebudayaan yang harus dijunjung tinggi untuk merekatkan persatuan kita.

"Makanya kita buat acara ini. Kami menghadirkan Gus Muwafiq, sebagai ahli Jawa dan ahli Islam, saya rasa beliau orang yang tepat untuk memberi tausiah. Harapannya supaya kita bisa menjaga NKRI, menjaga persatuan supaya ke depan bisa maju menjadi negara besar," tuturnya.

Konsep acara kenduri sengaja dipilih sebab dinilai sebagai mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, memulihkan keretakan, dan meneguhkan kembali cita-cita bersama sekaligus sebagai kontrol sosial bila terjadi penyimpangan atas cita-cita tersebut. Kenduri identik dengan selamatan, yaitu berdoa minta selamat lalu diikuti makan bersama sebagai wujud kebersamaan.

Sebanyak 15 tumpeng dibuat masyarakat sekitar untuk dibagi ke para peserta kenduri yang hadir. Enny menjelaskan, jumlah tumpeng itu tidak ada makna apapun, melainkan untuk dibagi merata setelah umbul donga, yaitu memanjatkan doa bersama secara lintas iman untuk keselamatan negeri. Doa ditekankan untuk persatuan Indonesia agar ke depan tidak ada yang bisa memecah belah.

"Semoga kita diberi selamat dalam menjalankan kehidupan dan bisa menjalani Pilpres ini ke depan dengan aman, tentram, damai dan tidak ada kendala yang berarti. Harapan ke depan, supaya dengan damainya NKRI kita bisa menjadi bangsa yang lebih besar lagi," harap Enny.

Tidak hanya dengan ulama, pihaknya juga mengundang beberapa pendeta untuk menyampaikan doa namun berhalangan karena ada ibadah di Hari Minggu. Pihaknya juga tidak membatasi peserta yang hadir, bisa dari kalangan mana saja bahkan tidak mengundang perwakilan paslon. Setelah mengadakan di Solo, Kenduri Nusantara 2019 rencananya akan digelar di beberapa tempat lain. (Rum)


(way)