SOLO, solotrust.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta sangat mengandalkan peran responden atau masyarakat untuk menentukan kualitas data. Terlebih data hasil survei yang dilakukan BPS digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Antara lain pemerintah pusat dan daerah, asosiasi atau pengusaha, akademisi, dan lainnya.
Kepala BPS Kota Surakarta, R Bagus Rahmat Susanto meminta kerja sama masyarakat yang merupakan responden dalam sebuah proses pengumpulan data. Sebab mulai bulan Desember 2017, BPS akan melakukan survei kepada masyarakat Solo yang terpilih.
"Survey biaya hidup dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga sebagai dasar penghitungan inflasi karena mungkin ada komoditas yang tidak relevan lagi," ujar Bagus kepada wartawan, Senin (4/12).
Update tentang rumah tangga di Kota Solo mulai dilakukan Bulan Desember. Menurut Bagus, survei ini merupakan survei paling lama yang dilakukan BPS yaitu selama satu tahun hingga 2018. Sebanyak 1600 rumah tangga yang akan dipilih sebagai sampel. Proses survei tidak langsung dilakukan secara menyeluruh. Namun dilakukan dalam tempo 4 kali triwulan atau tiga bulan sekali. Dalam satu triwulan akan disurvei 400 rumah tangga untuk mempermudah penghitungan.
"Dari survei tersebut akan didapatkan pola konsumsi untuk penghitungan inflasi. Harapannya, hasil survei sudah bisa menjadi tahun dasar penghitungan indeks harga konsumen atau inflasi pada tahum 2019," pungkas Bagus. (Arum-A)
(redaksi)