Pend & Budaya

Alihfungsi Lahan Merebak, Mahasiswa UNS Gagas Pengurangan Emisi Karbon Perkotaan

Pend & Budaya

27 Januari 2020 10:07 WIB

Mahasiswa PWK FT UNS, Difa Ayu Balqist bersama timnya meraih 1st Best Presentation dalam ajang Urban Motion 3.0 di SAPPK ITB, Bandung pada Sabtu (18/01/2020). (Dok. Istimewa)

SOLO, solotrust.com - Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (Prodi PWK) Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS), Difa Ayu Balqist bersama timnya dari perguruan tinggi lain sukses meraih gelar juara dalam ajang Urban Motion Vol 3.0 'Resiliensi di Era Disrupsi' Institut Teknologi Bandung (ITB).

Difa menulis esai berupa konsep suatu kota yang resilience atau kota berketahanan di tengah gempuran perubahan yang ada, seiring pesatnya perkembangan zaman.



"Saat ini kita telah memasuki era disrupsi, yaitu adanya perubahan fundamental yang sejatinya bisa terjadi kapan saja, sehingga memberikan dampak signifikan terhadap seluruh aspek tatanan kehidupan,” ujar Difa, baru-baru ini

Ia menjelaskan, konsep Low Carbon City perlu didukung dengan adanya upaya, seperti mengurangi emisi dari transportasi umum, konsep green building, pengurangan penggunaan energi, penambahan ruang terbuka hijau (RTH), dan penggunaan energi terbarukan.

Difa menyoroti masalah yang ada saat ini adalah kasus alih fungsi lahan menjadi bangunan. Di lain sisi, sebuah kota/kabupaten setidaknya harus memiliki RTH sebesar 30%. Melalui esai tersebut, ia mengusulkan adanya kebijakan insentif dan disinsentif sebagai cara untuk menetapkan kewajiban dalam menerapkan konsep green building dalam membangun suatu bangunan.

"Esai saya judulnya mengarah ke kebijakan, otomatis dengan ditetapkan adanya kebijakan insentif dan disinsentif atau kalau bisa peraturan dari pemerintah ini akan lebih bagus. Tentunya hal itu akan sangat membantu pengaplikasiannya. Sebagai contoh, semisal pemberlakuan pajak yang lebih rendah bagi pabrik yang telah menggunakan konsep green industry dan menggunakan energi terbarukan dalam pengolahan produknya,” terang dia.

Esai berjudul "Inovasi Kebijakan Konsep Low Carbon City dengan Studi Kasus Kota Surakarta, Sukoharjo, dan Karanganyar,” ia ikut sertakan dalam ajang yang digelar pada 17-18 Januari 2020 lalu di Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB.

"Kebetulan untuk lomba kemarin secara individu dengan melampirkan esai mengenai subtema yang dipilih. Kebetulan saya memilih subtema ecological control. Adapun dari sekian banyak peserta, diambil 60 peserta dengan esai terbaik untuk mengikuti motion summit di ITB," bebernya.

Dalam Urban Motion 3.0, Difa tergabung bersama Aretha Dewi Amandanisa dari Prodi PWK Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Nurhadiana dari Prodi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Najmuddin Haikal Fikri dari Prodi Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Sinta Aulia dari Prodi PWK Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).

Mampu membedah akar permasalahan dan memberikan solusi mengenai tema yang diberikan, yakni pengurangan emisi karbon, mereka berhasil meraih juara dalam kategori best presentation pada ajang tersebut.

“Kami dibimbing melalui workshop dan diskusi panel yang diberikan oleh coach (influencer/pembicara) sesuai dengan bidangnya. Lalu mempresentasikan pohon masalah (Core Problem, Primary Issue, dan Secondary Issue) di depan para peserta dan juga coach untuk penentuan pemenang,” pungkas dia. (adr)

(redaksi)