Serba serbi

Google Hapus 240 Aplikasi Langgar Kebijakan Iklan, Banyak Dipakai Orang Indonesia

Teknologi

10 Oktober 2020 16:31 WIB

Ilustrasi (androidauthority)

Solotrust.com - Google baru-baru ini telah menghapus lebih dari 240 aplikasi Android dari Play Store karena menampilkan iklan di luar konteks dan melanggar kebijakan perusahaan.

Iklan di luar konteks (juga dikenal sebagai iklan di luar aplikasi) adalah iklan seluler yang ditampilkan di luar aturan resmi. Mereka dapat muncul sebagai popup atau iklan layar penuh.



Melansir ZDNet, Sabtu (10/10/2020), iklan di luar konteks dilarang di Play Store sejak Februari tahun ini, ketika Google melarang lebih dari 600 aplikasi yang menyalahgunakan praktik ini untuk mengirim spam kepada pengguna dengan iklan mengganggu.

Namun terlepas dari tindakan keras dan larangan publik, aplikasi lain yang menampilkan iklan di luar konteks terus ditemukan, seperti pada Juni lalu.

Penemuan terbaru ini datang dari firma pendeteksi penipuan iklan White Ops. Dalam sebuah postingan di blognya, pihak perusahaan menyatakan telah menemukan klaster baru lebih dari 240 aplikasi Android yang membombardir penggunanya dengan iklan di luar konteks, tetapi dibuat agar terlihat seperti berasal dari aplikasi resmi.

White Ops menamai grup ini RainbowMix. Mereka mengatakan telah mendeteksi tanda-tanda aktivitas pertama pada awal April tahun ini.

Sebagian besar aplikasi terkait dengan game, merupakan klon dari aplikasi yang sah, namun juga menyertakan komponen berbahaya, dikenal sebagai “com.timuz.a”, bertanggung jawab menampilkan iklan di luar konteks yang menyesatkan.

White Ops menyatakan lebih dari 240 aplikasi berhasil mengumpulkan lebih dari 14 juta unduhan pada tahun ini saja. Seluruh operasi mencapai puncaknya pada Agustus lalu ketika menghasilkan lebih dari 15 juta tayangan iklan per hari.

Menurut telemetri White Ops, sebagian besar aplikasi di-install oleh pengguna di seluruh Amerika dan Asia. Adapun urutan negaranya adalah 20,8% Brasil, 19,7% Indonesia, 11,0% Vietnam, 7,7% AS, 6,2% Meksiko, dan 5,9% Filipina. (and)

(redaksi)