Hard News

Harsiarnas ke-88 di Solo, Diharapkan Jadi Tonggak Penyiaran Digital Indonesia

Nasional

3 Maret 2021 16:31 WIB

Ilustrasi (Dok. Istimewa)

SEMARANG, solotrust.com – Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-88 yang nanti digelar di Kota Solo pada 1 April 2021, diharapkan menjadi tonggak penyiaran digital Indonesia.

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menerima kunjungan komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat, dipimpin Ketua KPI Agung Suprio, Rabu (03/03/2021). Gubernur menyambut positif rencana acara itu, apalagi tonggak kesejarahan penyiaran di Indonesia bermula dari Kota Bengawan.



Ide awal penetapan Harsiarnas pun bermula dari Presiden RI Joko Widodo yang kala itu masih menjadi wali kota Solo. Mengetengahkan tema digitalisasi penyiaran, gubernur berharap hal ini juga menjadi titik mula kepenyiaran digital.

“Temanya menarik, penyiaran digital. Sekarang sudah berjalan dan mau kita kuatkan. Mudah-mudahan bisa menjadi milestone (tonggak) penyiaran digital nasional,” ujarnya, dilansir dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, jatengprov.go.id

Ganjar Pranowo juga berharap dunia kepenyiaran di Indonesia semakin kuat dan mempunyai visi untuk merawat persatuan bangsa. Terlebih, di era disrupsi informasi dan diversifikasi konten digital.

Pihaknya menginginkan acara ini juga dihadiri para influencer atau YouTuber yang memiliki jutaan penonton. Ganjar berharap, hal itu dapat menata visi misi bangsa dan dunia kepenyiaran lebih maju

“Sekarang Ganjar pun bisa bikin TV, masuk YouTube jadi channel menarik. Deddy Corbuzier, bahkan teman saya Akbar Faizal pun bisa. Jadi kalau dilihat dari sisi penyiaran menarik karena suka tidak suka, mau tidak mau, kita mesti masuk ke sana,” paparnya.

Sementara itu, Ketua KPI Agung Suprio, mengamini pernyataan Ganjar. Ia berharap peringatan Harsiarnas ke-88 menjadi titik tolak penyiaran digital.

Terkait alasan pemilihan Kota Solo sebagai tempat penyelenggaraan acara, Agung Suprio menyebut kesejarahannya tercipta pada 1933. Kala itu, KGPAA Mangkunegoro VII mendirikan sebuah radio bernama Solosche Radio Vereeniging (SRV) pada 1 April.

Di zaman itu, SRV menyiarkan perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonial Belanda. Selain itu, radio tersebut juga menyiarkan tentang kebudayaan.

“Pada hari itu Joko Widodo mengusulkan hari tersebut sebagai hari penyiaran. Saat Pak Jokowi jadi presiden, hari itu ditetapkan menjadi hari kepenyiaran nasional. Untuk mengenang itu, maka kami adakan kegiatan itu di Solo. Insyaa Allah Pak Jokowi akan hadir di acara tersebut,” jelasnya.

Ditanya soal evaluasi dunia kepenyiaran, Agung Suprio menyebut perlu ada upaya untuk menjadikan budaya bangsa merajai tayangan. Selain itu, ia berharap agar media penyiaran terus menyuarakan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.

“Televisi bisa menjadi agen sosialisasi yang efektif agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan,” pungkasnya.

(redaksi)