SUKOHARJO, solotrust.com - Komunikasi dengan menggunakan radio amatir dinilai memiliki keunggulan tersendiri bila dibandingkan dengan penggunaan teknologi digital, terutama dalam kondisi darurat atau kebencanaan.
Hal itu diungkapkan Ketua Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) Lokal Surakarta Sumartono Hadinoto (YC2BOF) dan Ketua Panitia Rapat Kerja Lokal (Rakerlok) Dasa Putra (YC2OKI).
Menurut Sumartono Hadinoto, setiap ada perubahan pasti ada korban, namun ada kesempatan baru. Demikian pula dengan ORARI, meski sekarang alat-alat sudah eranya digital, namun dengan kemajuan teknologi ORARI bisa berinovasi dan berkolaborasi luar biasa.
"Terus terang komunikasi emergensi masih membutuhkan seperti yang digunakan amatir. Kalau anggota ORARI bisa berinovasi memanfaatkan kesempatan baru, maka ORARI akan lebih eksis dan bermanfaat bagi masyarakat," terangnya, usai acara Rakerlok di Food Court The Park Mall Solo Baru, Minggu (14/03/2021).
Senada, Dasa Putra menerangkan, radio amatir memiliki sejumlah keunggulan, antara lain tidak bergantung sinyal, seperti telepon seluler, cepat, murah, informasi bisa didengar banyak orang sekaligus, dapat digunakan di daerah pesisir atau daerah bencana yang infrastrukturnya hancur.
"Memang masih kalah kalau dibandingkan teknologi digital, tetapi di hal-hal tertentu radio amatir masih mempunyai keunggulan, terutama untuk emergensi," ujarnya.
Sebelum teknologi digital marak digunakan, kegiatan eksternal ORARI sering kali terlibat dalam membantu komunikasi pada waktu Lebaran atau pemilihan umum (Pemilu). Sekarang dengan era digital, ORARI sering kali lebih untuk hobi, riset, dan penemuan.
Mengingat pentingnya peran radio amatir dan eksistensi ORARI, dalam Rakerlok Surakarta diadakan sesuai amanah AD/ART Pasal 22 Ayat 3 ini, telah dibahas dua isu penting, yakni peningkatan uang kas ORARI serta kebutuhan regenerasi dan penambahan anggota.
Adapun untuk peningkatan uang kas, anggota ORARI Lokal Surakarta diwajibkan menambah iuran minimal Rp2000 per bulan atau dibulatkan menjadi Rp25 ribu setahun. Tujuannya untuk membantu kegiatan atau kebutuhan organisasi ORARI Lokal Surakarta.
Uang kas untuk pengeluaran rutin sekretariat, seperti kendaraan, listrik, telepon, dan tagihan air. Selain itu juga untuk operasional kegiatan dukungan komunikasi saat Hari Raya Natal, Tahun Baru, Imlek, dan lainnya. Dengan total pengeluaran sekira Rp4 juta per bulan ditanggung 400 anggota.
Sementara kebutuhan untuk meregenerasi pengurus dan menambah anggota terkendala peraturan ORARI Daerah (Provinsi) yang dinilai memberatkan. Padahal, anggota ORARI dibagi menjadi peringkat siaga, penggalang, dan penegak di mana terdapat persyaratan harus dipenuhi untuk naik peringkat.
Apalagi ORARI adalah anggota hobi dan bersifat amatir, tentu berbeda dengan organisasi pengusaha atau profesi. Anggota ORARI mengedepankan gotong royong dengan kontribusi anggota beragam, ada yang menyumbang tenaga, kemampuan, atau dana.
"Ada persyaratan yang kenyataannya lebih mempersulit anggota yang ingin ikut ujian naik tingkat. Kalau kenaikan susah, otomatis akan membuat kita tidak punya regenerasi nanti. Padahal kita membutuhkan untuk mengajari calon anggota. Usulan penyederhanaan aturan ini rencananya akan disampaikan melalui Rapat Kerja Daerah," jelas Sumartono Hadinoto.
Dasa Putra menambahkan, salah satu contoh aturan dinilai memberatkan adalah username dan password harus diserahkan pengurus daerah, padahal itu privasi.
"Harusnya peraturan dipermudah, kembali ke peraturan ORARI Pusat No. 69 Tahun 2009 bahwa syarat untuk kenaikan tingkat sederhana," ujarnya.
Sumartono Hadinoto berharap, ke depan ORARI lebih bisa berperan terhadap semua kegiatan di masyarakat, khususnya bidang emergensi dan peningkatan teknologi keamatiran radio. (rum)
(redaksi)