Ekonomi & Bisnis

Curhat Pilu Karyawan PO, Bus Ngandang Selama Masa Peniadaan Mudik

Ekonomi & Bisnis

6 Mei 2021 11:01 WIB

Suasana di Terminal Tirtonadi Solo (Dok. solotrust.com/rum)

SOLO, solotrust.com - Ada sederet cerita di tengah kebijakan peniadaan mudik dari pemerintah guna menekan laju penyebaran Covid-19. Bagai makan buah simalakama, kebijakan itu ternyata menyisakan perih bagi perusahaan otobus (PO). Pengusaha bus maupun awaknya lagi-lagi harus gigit jari di tengah momen yang biasanya membuat mereka menangguk untuk berlipat.

Seperti diketahui, peniadaan mudik diberlakukan pemerintah selama periode Idulfitri 1442 H pada 6 hingga 17 Mei 2021. Para pelaku usaha beserta karyawan maupun yang terkait moda transportasi bus mau tidak mau menaati aturan dan pasrah dengan keadaan.



Koordinator Bus Eka & Mira Terminal Tirtonadi Solo, Mukhammat Khasan, mengaku tidak dapat berbuat apa-apa terkait keputusan pemerintah melarang masyarakat mudik Lebaran tahun ini. Padahal kondisi selama pandemi sudah sangat memukul ekonominya.

"Kita seperti dulu aja, istirahat di rumah. Kita kerja kan berdasarkan bus, armada. Kalau nggak ada bisnya kita mau garap apa," ujarnya pada media baru-baru ini.

Selama beberapa hari sebelum peniadaan mudik berlaku, pihaknya mengeluhkan trafik penumpang yang justru semakin menurun. Tidak seperti penumpang pesawat atau kereta api yang justru mengalami kenaikan jumlah penumpang.

"Tidak ada kenaikan penumpang, malah berkurang. Seperti hari biasanya saat pandemi. Rata-rata penumpang tambahan selama berhenti sepuluh menit di Terminal Tirtonadi hanya tiga sampai sepuluh orang saja," terangnya.

Pria yang akrab disapa Joni ini mengutarakan, sejak pandemi Covid-19 penumpang berkurang drastis. Padahal jumlah penumpang per satu bus per hari di hari-hari biasa antara 20 hingga 50 orang.

Selama pandemi, bus hanya berisi 15 orang, padahal kapasitas bus 40 kursi. Menjelang Lebaran sejak 1 Mei malah lebih parah lagi, satu bus paling hanya berisi enam sampai sepuluh orang.

"Sejak ada larangan mudik, kemungkinan pada takut. Sangat terdampak sekali. Sangat memengaruhi perekonomian keluarga, sangat buruk sekali. Kita merasakan semua," keluhnya.

Saat ini, menurut Joni, perusahaan tidak akan beroperasi selama 6 hingga 17 Mei 2021. Kendati demikian, dirinya tetap akan menunggu kabar dari perusahaan apabila ada perubahan kebijakan. Apalagi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menerbirkan stiker khusus bagi armada bus yang mengantarkan orang-orang dengan kepentingan khusus.

Sementara itu, kata Joni, untuk persiapan pemulangan bus yang tidak beroperasi akan dilakukan bertahap dan akan menaati aturan perusahaan masing-masing.

"Ya, tidak boleh beroperasi dan harus menarik bus ke kandangnya. Dari perusahaan kalau jalan ya jalan, kalau dilarang pemerintah ya sudah," ucapnya pasrah. (rum)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya