Solotrust.com - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Pahlawan 2021 di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 10 November 2021.
Melansir laman resmi Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.id, sebanyak empat orang tokoh memperoleh penganugerahan tersebut atas jasa mereka dalam perjuangan di berbagai bidang untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Keempat tokoh itu, yakni Tombolotutu (Sulawesi Tengah), Sultan Aji Muhammad Idris (Kalimantan Timur), Usmar Ismail (DKI Jakarta), dan Raden Aria Wangsakara (Banten).
Khusus Usmar Ismail, selama ini dirinya dikenal sebagai Bapak Perfilman Tanah Air. Mengutip akun Instagram @festivalfilmid, penganugerahan gelar itu merupakan sebuah pencapaian dan harapan dari para insan perfilman nasional.
"Penobatan ini merupakan buah dari usaha bersama para pecinta film Indonesia yang ingin menjadikan Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional," tulis akun @festivalfilmid.
Pengangkatan Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional menjadi sebuah catatan menarik. Dirinya merupakan orang yang digelari pahlawan kali pertama dari dunia seni.
Penobatan ini pun pastinya menjadi cambuk bagi insan perflman Tanah Air agar terus mempunyai semangat tinggi dalam mengembangkan industri perfilman nasional.
Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, 20 Maret 1921. Usmar merupakan salah satu pelopor di kancah perfilman nasional dan internasional yang menunjukkan sumbangan terbesarnya tentang kepiawaian membuat industri perfilman di Indonesia menjadi maju.
Kepeloporannya dalam membangun perfilman nasional dan diakui dunia internasional merupakan kepeloporan dan prestasi yang patut dicatat dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Pada 1944, Usmar mendirikan kelompok sandiwara Maya yang juga turut menyebarluaskan berita proklamasi di masa kemerdekaan.
Kemudian pada 1950, mendirikan perusahaan film pribumi bernama N.V. Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang kemudian membuat film Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi).
Film ini dianggap sebagai film Indonesia pertama dan kemudian hari pertama pengambilan gambarnya ditetapkan sebagai Hari Film Indonesia.
Pada 1962, Usmar Ismail aktif mendirikan organisasi Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) di bawah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah kegiatan kebudayaan, pendidikan, dan penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada masyarakat.
Film-film buatan Usmar Ismail mengajak dan menawarkan nilai-nilai nasionalisme, seperti Darah dan Doa (1950), Enam Jam di Jogja (1961), Kafedo (1953), Lewat Djam Malam (1954), Pedjuang (1960), dan masih banyak lainnya.
Selain itu, film Tamu Agung (1956) mendapatkan penghargaan film komedi terbaik di Festival Film Asia Pasifik di Hongkong pada 1956.
Usmar Ismail wafat pada 2 Januari 1971 dan dimakamkan di Pekuburan Karet, Jakarta. (dd)
(and_)