SOLO, solotrust.com - Pemasaran seringkali menjadi permasalahan utama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam menjalankan usahanya. Padahal permintaan ekspor terhadap produk UMKM Indonesia sangat tinggi terutama di masa pandemi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Surakarta (KPw BI Solo) Nugroho Joko Prastowo menjelaskan strategi bisnis UMKM kurang tepat dan rendahnya kemampuan dalam membaca kebutuhan dan keinginan konsumen mancanegara menjadi penghambat UMKM memasuki pasar ekspor.
"Selain pemasaran, hambatan UMKM menembus pasar ekspor antara lain minimnya informasi pasar, sulitnya memenuhi dokumen persyaratan, kualitas produk tidak konsisten, kapasitas produksi, biaya sertifikasi tidak murah, hingga kendala logistik," papar Joko, Rabu (8/12).
Akibat kendala-kendala tersebut, kontribusi UMKM dalam ekspor masih rendah. Saat ini ekspor masih didominasi pelaku usaha berskala besar dengan kontribusi mencapai 86 persen.
Padahal, kata Joko, Indonesia bisa menangkap peluang pasar global melalui produk potensial ekspor UMKM, antara lain pertanian, perikanan, furnitur dekorasi rumah, kosmetik, produk herbal, indigenous product, hingga fesyen muslim.
"Agar UMKM dapat memasuki pasar global, Bank Indonesia senantiasa mendorong UMKM untuk selalu belajar empat kunci keberhasilan UMKM menembus pasar global," tandas Joko.
Pertama, UMKM perlu fokus pada pemenuhan aspek kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi, memperhatikan keunggulan produk, dan mempersiapkan produk yang diminati pasar domestik dan internasional.
Kedua, memperkuat kelembagaan dan manajemen usaha. Ketiga, meningkatkan pola pikir dan kompetensi digital. Keempat, mempelajari prosedur ekspor, dimulai dengan onboarding pada platform e-commerce atau bekerjasama dengan agregator.
Salah satu bentuk dukungan Bank Indonesia terhadap UMKM agar tembus ekspor adalah memfasilitasi kegiatan kurasi produk dan business matching dengan Pt Tanivest Group (Tanivest) pada Selasa, 7 Desember 2021 di Solo.
"Kemitraan dengan Tanivest selaku agregator diharapkan menjadi lokomotif penarik dan penggerak gerbong UMKM sehingga mereka dapat belajar tentang kualitas dan kuantitas produk yang berstandar internasional, dokumen ekspor, serta memanfaatkan kerjasama dengan agregator untuk mempermudah ekspor," terang Joko.
Adapun program kurasi dilakukan untuk mencari, memilih, dan menilai produk UMKM untuk kemudian dipromosikan melalui jaringan pasar Tanivest. Kriteria penilaian kurasi meliputi kualitas produk, kemasan berstandar internasional, serta informatif (komposisi dalam kemasan, pencantuman tanggal kadaluarsa, sertifikasi, dan ukuran).
"UMKM yang lolos kurasi diharap dapat mengirimkan sampel produk untuk tes pasar melalui anak perusahaan Tanivest yakni Makanpedia sebagai Sales Distribution and Branding dalam memasarkan produk UMKM asal Soloraya ke berbagai jaringan pasar di Singapura," beber Joko.
BI berharap, program kurasi semacam ini dapat membantu UMKM untuk berbenah dan mempersiapkan diri untuk go global pada 2022 nanti.
"Keberhasilan dan keterhubungan kolaborasi ekspor dengan fokus pada dorongan UMKM untuk naik kelas ini diharap dapat mendorong ekspor, sehingga membantu mengatasi defisit transaksi berjalan," pungkas Joko. (rum)
(zend)