Hard News

Hoaks Omicron Terus Beredar, Masyarakat Diminta Memilah Informasi

Nasional

10 Desember 2021 15:30 WIB

: Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dedy Permadi Dalam Siaran Pers Menolak Hoaks COVID-19 dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN.

JAKARTA,solotrust.com – Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dedy  Permadi mengatakan, data dari survei yang dilakukan Katadata Insight dan Kementerian Kominfo menunjukkan setidaknya 30 hingga 60 persen masyarakat di Indonesia terpapar hoaks saat  mengakses dan berkomunikasi di dunia maya.

Hal ini harus menjadi perhatian bersama, apalagi mengingat hingga saat ini hoaks terkait Covid-19  masih terus beredar sehingga menuntut kewaspadaan agar masyarakat tidak terjebak dalam  informasi yang keliru. 



Dalam Siaran Pers Menolak Hoaks Covid-19 dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Kamis (9/12), Dedy menjelaskan beberapa hasil suvei terkait masih besarnya  pengaruh hoaks terhadap masyarakat. 

Salah satunya, Riset Center for International Governance Innovation pada tahun 2019 yang dilakukan  terhadap 25.000 responden di 25 negara menunjukkan bahwa sebanyak 86 persen warga online  percaya mereka telah terpapar berita bohong atau hoaks saat menjelajah di internet.

Kemudian, survei dari Statista yang diadakan di tahun 2020 menunjukkan bahwa 60 persen  masyarakat berusia 16 hingga 24 tahun di Inggris menggunakan media sosial untuk mendapatkan  informasi tentang Covid-19. Namun sebanyak 59 persen dari mereka terpapar informasi tidak benar terkait Covid-19.

Di Indonesia, ujar Dedy, berdasarkan survei Katadata Insight dan Kementerian Kominfo pada  tahun 2020, diketahui bahwa setidaknya 30 persen sampai hampir 60 persen masyarakat terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya, sementara hanya 21 persen sampai  36 persen saja yang mampu mengenali hoaks.

“Melalui survei tersebut juga ditemukan bahwa 11,2 persen responden menyatakan pernah  menyebarkan kabar bohong atau hoaks dan 68,4 persen di antaranya mengatakan hanya ingin  mendistribusikan informasi, meski belum memverifikasi kebenarannya,” papar Dedy.

Ia menegaskan tentunya hal ini harus terus menjadi perhatian bersama. Terlebih, mengingat angka  penemuan hoaks terkait Covid-19 menurut hasil patroli siber Kementerian Kominfo sejak 2020  sampai 9 Desember 2021 masih menunjukan penemuan berbagai macam hoaks dan disinformasi.

Untuk isu hoaks Covid-19, kata Dedy, telah ditemukan 2020 isu pada 5228 unggahan media sosial, dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 4527 unggahan. Pemutusan akses telah  dilakukan terhadap 5079 unggahan dan 149 lainnya sedang ditindaklanjuti.

Kemudian, untuk isu hoaks vaksinasi Covid-19, ditemukan sebanyak 408 isu pada 2489 unggahan  media sosial, dengan persebaran terbanyak juga pada platform Facebook sejumlah 2297 unggahan.  Dedy menjelaskan, pemutusan akses telah dilakukan terhadap seluruh unggahan tersebut.

Sedangkan terkait isu hoaks PPKM, ditemukan sebanyak 49 isu pada 1250 unggahan media sosial, dengan persebaran terbanyak juga pada Facebook sejumlah 1232 unggahan. Pemutusan akses  dilakukan terhadap 1090 unggahan dan 160 lainnya tengah ditindaklanjuti.

“Pada minggu ini, jika dilihat dari setiap topik hoaks terkait Covid-19, masih ada pertambahan isu  dan angka sebaran yang melebihi angka dari minggu yang lalu,” papar Dedy. (elv)

(zend)