BOYOLALI, solotrust.com - Duka mendalam masih dirasakan keluarga Jaminah, warga Tompen, Bangak, Banyudono, Boyolali pasca meninggalnya sang suami Narto Mulyono. Narto meninggal akibat menderita leptospirosis atau kencing tikus.
Narto meninggal Sabtu (24/2/2018) lalu setelah sempat mendapat perawatan medis di RSUD Pandanaran Boyolali. Korban awalnya menderita panas dan dingin.
“Baru tahu penyakitnya di Boyolali (RSUD Pandanaran). Yang diserang ginjal sama paru-paru, itu sudah menyebar ke seluruh tubuh,” urai Jaminah saat ditemui di rumahnya.
Total, tahun ini terdapat delapan kasus leptospirosis atau kencing tikus di Boyolali. Sudah empat penderita dinyatakan meninggal dunia, termasuk Narto.
Kasus ini terus mengalami peningkatan sejak tahun 2012. Dari data di RSUD Pandanaran, tercatat dari Bulan Januari hingga Februari ada tiga pasien suspect leptospirosis, satu di antaranya meninggal dunia.
Di tahun 2017, ada delapan pasien penderita kencing tikus yang dirawat di rumah sakit. “Untuk kasus leptospirosis di RSUD Pandanaran tahun 2017 yang ditangani ada delapan, kalau 2018 sampai Bulan Februari ini tiga (kasus). Satu sembuh, satu meninggal, satu permintaan pulang paksa,” terang Direktur RSUD Pandanaran Boyolali dr Siti Nur Rohmah, Selasa (27/2/2018).
Sedangkan data di Dinas Kesehatan Boyolali, kasus leptospirosis sejak tahun 2012 terus mengalami peningkatan. Meski sempat menurun di tahun 2016, namun tahun 2017 mengalami peningkatan dengan jumlah 34 kasus dengan sembilan korban meninggal dunia.
Dinas Kesehatan saat ini terus melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk mencegah mewabahnya penyakit kencing tikus. Kepala Dinas Kesehatan Boyolali dr Ratri S Lina mengakui bahwa kasus ini menjadi pekerjaan rumah bagi pihaknya. Meski pada tahun 2017 pihaknya sudah mengupayakan untuk melakukan sosialisasi ulang, namun kasus ini justru masih ada di tahun 2018.
“Kita juga menyediaakn reagen yang diperlukan untuk pemeriksaan atau penegakan diagnosis leptospirosis,” ujar Ratri. (art)
(way)