SOLO, solotrust.com - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo Eko Yunianto mengungkapkan sampai dengan akhir Semester II tahun 2021, stabilitas sektor jasa keuangan di Indonesia tetap terjaga dengan baik, seiring dengan penurunan kasus Covid-19 yg mendorong peningkatan aktivitas ekonomi.
"Hal ini tercermin dari membaiknya sejumlah indikator utama seperti intermediasi perbankan dan penghimpunan dana di pasar modal serta terjaganya rasio kehati-hatian (prudensial) di lembaga jasa keuangan," tutur Eko Yunianto dalam keterangan pers, Rabu (16/2).
Kredit perbankan secara nasional tumbuh positif 5,2 persen year on year (yoy), dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 12,28 persen yoy, penghimpunan dana di pasar modal tumbuh 206,06 persen yoy, NPL gross perbankan sebesar 3,00 persen, rasio permodalan (CAR) perbankan sebesar 25,67 persen dan likuiditas perbankan masih berada pada level memadai.
"Sedangkan perbankan di Solo Raya sampai dengan semester II tahun 2021 juga tetap terjaga dengan baik dan stabil, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan kredit bank umum (konvensional dan syariah) yang tercatat 6,07 persen yoy menjadi sebesar Rp 88,46 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit perbankan secara nasional. Share sektor industri pengolahan mendominasi outstanding kredit bank umum yang mencapai 32,18 persen dari total kredit, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 26,43 persen dan sektor rumah tangga sebesar 13,56 persen," ungkap Eko.
Berdasarkan jenis usaha, kredit bank umum didominasi kredit bukan mikro, kecil dan menengah yg mencapai 61,63 persen, diikuti kredit mikro sebesar 15,41 persen, kredit kecil sebesar 14,58 persen dan kredit menengah sebesar 8,38 persen. Pada periode yang sama, pertumbuhan kredit BPR (konvensional dan syariah) tercatat 8,90 persen yoy menjadi sebesar Rp7,37 triliun. Share sektor ekonomi perdagangan besar dan eceran mendominasi kredit BPR yang mencapai 30,79 persen, diikuti sektor bukan lapangan usaha lainnya sebesar 26,18 persen dan jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan sebesar 11,42 persen.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank umum (konvensional dan syariah) di Solo Raya sampai dengan semester II tahun 2021 tumbuh sebesar 7,65 persen yoy menjadi Rp 83,04 triliun. Dari total DPK, didominasi produk tabungan yang mencapai 58,93 persen, diikuti deposito sebesar 27,01 persen dan giro sebesar 14,06 persen.
Pada periode yang sama, DPK BPR (konvensional dan syariah) tercatat sebesar Rp7,67 triliun atau tumbuh 12,91 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK perbankan secara nasional. Komposisi DPK BPR tersebut didominasi oleh produk deposito yang mencapai 58,20 persen dan tabungan sebesar 41,80 persen.
"Jumlah kredit atau pembiayaan yg telah disalurkan oleh kelompok bank Himbara dan Bank Jateng yang sumber dananya berasal dari Penempatan Dana Pemerintah, sampai dengan akhir Desember 2021 telah disalurkan kepada debitur sebanyak 168.986 debitur dengan total plafon mencapai sebesar Rp 6,98 triliun," beber Eko.
Sementara penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh perbankan di Solo Raya sampai akhir Desember 2021 telah diberikan kepada 287.860 debitur dengan penyaluran sebesar Rp10,62 triliun atau meningkat 44,45 persen yoy. Berdasarkan kab/kota, penyaluran KUR terbanyak di Klaten yang mencapai Rp1,96 triliun, diikuti Sragen sebesar Rp1,84 triliun dan Wonogiri sebesar Rp1,53 triliun.
Jumlah debitur yang telah direstrukturisasi oleh Industri Jasa Keuangan di Solo Raya sampai akhir Desember 2021 sebanyak 194.047 debitur dengan outstanding kredit sebesar Rp15,08 triliun. Rinciannya, 116.129 debitur perbankan (bank umum dan BPR/S) dengan outstanding kredit Rp12,41 triliun dan 77.918 debitur industri keuangan non bank (perusahaan pembiayaan, Pegadaian dan PNM) dengan outstanding kredit Rp 2,67 triliun.
"Baik jumlah debitur maupun outstanding kredit yang direstrukturisasi tersebut, cenderung semakin turun dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya," imbuh Eko.
Sampai dengan semester II 2021, jumlah Single Investor Identification (SID) pasar modal di Solo Raya semakin meningkat, tercermin dari SID saham yang meningkat 89,57 persen menjadi 91.346 investor, SID reksadana yang meningkat 134,38 persen menjadi 167.646 investor dan SID SBN yang meningkat 32,52 persen menjadi 9.698 investor.
Selama tahun 2021, jumlah permintaan data layanan SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) dari masyarakat yang diajukan kepada KOJK Solo yang diajukan baik melalui WA SLIK maupun walk in sebanyak 4.845 permintaan, dengan permintaan SLIK bulanan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2021 sebesar 633 permintaan. Sedangkan jumlah pengaduan nasabah selama tahun 2021 tercatat sebanyak 133 pengaduan, dengan kategori telah diselesaikan sebanyak 95 persen dan lainnya masih dalam proses identifikasi. (rum)
(zend)