Ekonomi & Bisnis

Pedagang Kecil di Solo Sambat dengan Sistem Bundling Pembelian Minyak Goreng Curah

Ekonomi & Bisnis

24 Maret 2022 11:28 WIB

Antrian pedagang kecil yang ingin membeli minyak goreng curah di salah satu kios di Pasar Legi Solo, Rabu (23/3). (Foto: Dok. Solotrust.com/rum)

SOLO, solotrust.com - Pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah di harga Rp14.000 /liter atau Rp15.500/kg beberapa waktu lalu.

Namun kenyataannya, penerapan HET minyak goreng curah di sejumlah pasar tadisional di Kota Solo tidak semulus itu. Beberapa pedagang kecil mengeluhkan sulitnya sistem penebusan pembelian minyak goreng curah yang diterapkan oleh pedagang besar dan mengharapkan kemudahan.



Berdasarkan pantauan Solotrust.com, antrean panjang tampak di salah satu kios yakni Toko Nugroho di Pasar Legi Solo pada Rabu (23/3) pagi.

Salah satu pedagang kecil yang membeli di toko tersebut, Sayekti, menceritakan syarat pembelian yang harus dipenuhi para pedagang kecil sepertinya adalah wajib membeli barang-barang yang lain.

"Yang penting sama beli (barang) lainnya. Saya bisa beli minyak goreng 17 kilogram harus sama gandum dua sak yang beratnya 50 kilogram," kata Sayekti.

Tidak hanya dipaketkan (bundling) dengan gandum, toko tersebut juga memberi pilihan konsumen untuk membeli minyak goreng curah dengan barang lain seperti gula pasir yang beratnya 50 kg.

Padahal minyak goreng curah yang dibeli warga asal Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali tersebut, di pedagang besar seharga Rp 15.400 / kilogram. Sedangkan komoditas pangan yang dipaketkan seperti tepung terigu sebesar Rp 185.000 per sak dan gula pasir seharga Rp 650.000 per sak.

Artinya, pedagang kecil harus menebus barang yang justru harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga minyak goreng curah.

"Modalnya harus besar. Untuk beli sepaket paling tidak butuh Rp 500 ribu. Saya kulakan begini menyiapkan uang paling sedikit Rp1,5 juta untuk bisa membeli tiga paket," keluh Sayekti

Pedagang kecil lainnya, Risbani, juga mengeluhkan hal serupa karena kesulitan menjual barang-barang lain yang harus ditebus ketika membeli minyak goreng curah. Padahal barang seperti gula pasir dan tepug terigu tidak setiap hari laku dan bahkan bisa menumpuk.

"Saya harap sistem pembelian minyak goreng curah kembali normal. Ini kan disubsidi, harganya lebih mahal nggak apa-apa tapi nggak perlu nebus seperti ini karena uangnya jadi mandeg (berhenti). Saya tidak punya uang banyak untuk beli barang paketan seperti ini," ujar pedagang yang biasa berjualan di Pasar Kadipolo itu.

Sementara itu, ada pedagang kecil lain yang memilih kembali pulang meski sudah mengantri lama karena keberatan dengan persyaratan yang diwajibkan oleh toko tersebut.

"Di sini syaratnya banyak. Terpaksa saya tidak jualan dulu. Soalnya yang ada stok minyak goreng curah cuma di sini, yang lainnya kosong," kata Hariyanti.

Sementara itu, pemilik Toko Nugroho, Diana, enggan memberikan penjelasan kepada awak media dengan alasan sibuk melayani pembeli.

"Maaf, saya sibuk," ujar Diana. (rum)

(zend)