SOLO, solotrust.com – Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Solo menggelar pameran typografi bertajuk Typefest Rhetoric of Maxim, dengan menampung karya-karya kreator dan desainer dari 20 kampus yang berasal dari 12 negara, di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Selasa (10/5) hingga Jumat (13/5).
Peserta mancanegara tersebut berasal dari Mesir, Hungaria, Iran, Italia, Malaysia, Polandia, Rusia, Taiwan, Timor Leste, Turki, Mexico, dengan 48 karya dan 31 peserta. Sedangkan, terdapat 280 karya dari 180 peserta dalam negeri.
Kendati mampu hadirkan karya-karya desaier dan kreator mancanegara, Ketua Panitia Event, Ipung Kurniawan Yulianto mengatakan pihaknya ingin lebih terbuka dalam mengaet peserta.
Pihaknya juga ingin mengajak pekerja-pekerja yang berkecimpung di dunia tulisan, seperti editor media massa hingga pekerja digital printing untuk turut berpartisipasi dan mengenalkan seni typografi. Dikatakan, sejauh ini peserta mayoritas berasal dari kalangan kampus.
“Tahun depan yang ikut bukan hanya perupa dan desainer, tetapi kami mengundang misalnya editor dari surat kabar, tukang setting pinggir jalan, digital printing, itu juga pengguna typografi. Kami ingin mengundang teman-teman dari luar kampus, ayo bareng-bareng memulaikan typografi,” katanya kepada Solotrust.com Rabu (11/5) sore.
Sementara itu, Typefest 2022 ini merupakan gelaran perdana. Rencananya, Typefest akan dihelat rutin tiap dua tahun sekali. Pada gelaran perdana, Ipung menyebut kreator dan desainer belum maksimal dalam mengeksplorasi font dan pesan lantaran kesusahan dalam menerjemahkan brief. Hal itu pun menjadi evaluasinya ke depan.
Namun, pihaknya tak muluk-muluk mematok target pada Typefest dua tahun mendatang.
“Pagelaran pertama ini cukup klise, masih cek ombak, dari peserta ini masih malu-malu dan menebak seperti apa. Briefnya untuk awalan cukup berat, karena harus membaca banyak banget yang kami tuliskan di kuratorial, sehingga teman-teman ada kebingungan untuk menerjemahkan,” ujar Ipung.
“kedepannya kami mencoba menyederhanakan briefnya lagi. Dua tahun lagi kalau target gede enggak, tetapi kalau [lebih] gayeng (seru-red) iya. lebih terbuka [pesertanya], tema-nya lebih kami sederhanakan dan briefnya bisa terbaca lebih mudah,” pungkasnya. (dks)
(zend)