SOLO, solotrust.com - International Mask Festival (IMF) 2022 digelar di Pura Mangkunegaran, Jumat (17/6) hingga Sabtu (18/6). IMF tahun ini mengundang 17 penampil dari tujuh provinsi, serta 3 penampil dari 3 negara; Thailand, Singapura, dan Ekuador.
Sebanyak 20 penampil itu menyuguhkan tarian topeng dalam dua hari berbeda. Ada 9 penari tampil di malam pertama.
Selain itu, IMF 2022 menggaet 45 penari topeng untuk menampilkan video mereka, serta terdapat Konferensi Indonesia Mask Organization (IMO) dan Workshop topeng di hari kedua.
Pada hari pertama, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kretif (Kemenparekraf) memuji pagelaran internasional yang diadakan di Solo sejak 2014 silam ini. IMF diharapkan mampu meningatkan keunikan Solo sebagai Kota Budaya. Namun, hal itu mesti perlu ditingkatkan lagi.
"Keseluruhan saya pikir kita mempunyai event-event yang memiliki uniqueness itu menjadi bagus sekali buat Solo. Karena daerah lain kayanya nggak ada yang bikin ini, mungkin kedepan bisa mengundang dari daerah-daerah yang lain karena Indonesia kaya banget dengan seni topeng ini banyak banget," kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Event Kemenparekraf, Riski Handayani Musatafa, Jumat (17/6).
Riski berharap, IMF bukan hanya sebagai event budaya, melainkan sebagai salah satu pendorong peningkatan seni topeng di tanah air.
"Nanti dikembangkanlah ke arah merchandise. Dari Jogja sampai sekarang topeng yang seperti ini terus (kalung topeng kecil) kita belum kembangkan yang lain," ujarnya.
Riski juga mengharap, ke depan IMF dapat mengandeng berbagai pihak untuk peningkatan kebudayaan itu, salah satunya melalui Kemenparekraf. Pun diharapkan Pemerintah Kota (Pemkot) dan Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jateng terus mendukung peningkatan itu.
"Ini kebudayaan jadi saya bilang tadi, gandeng Dirjen Kebudayaan karena masalahanya ini memajukan budaya. Saya harapkan Pemkot Solo atau pun Provinsi Jateng bisa mensupport ini lebih besar kedepannya," tambahnya.
Salah satu penampil, I Ketut Kodi punya perspektif lain. Ia menilai, peningkatan IMF bukan hanya pada konsep, tetapi juga pada pemaknaan topeng itu sendiri. Baginya, item-item topeng yang ditampilkan mesti lebih berkualitas dan berisi.
"Mungkin pembuatan topeng perlu ditingkatkan, kalau di sini kan mungkin dari kertsa-kertas, kalau di Bali itu dari kayu-kayu yang punya spirit, umpamanya kayu kuli, kayu kepuh, itu ada spirit yang terkait dengan mitos juga, kenapa karena orang membuat itu agar topengnya keramat, kalau keramat topeng itu akan dijgga baik," ujar I Ketut Kodi, Jumat (17/6) ditemui usai tampil.
Secara konsep, ia menilai event seperti ini dapat digarap lebih serius. Ia mencontohkan event serupa di Bali dapat menarik animo masyarat luas.
"Saya lihat acara ini lumayan, tapi perlu ditingkatkan, kalau di Bali ada kegiatan seperti rame sekali, satu bulan setiap hari penuh," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Akademi Seni Mangkunegaran (Asga) Irawati Kusumosasri menuturkan, pihaknya yang juga terlibat pada pagelaran ini akan segera mengevaluasi IMF 2022.
"Kami evaluasi besok setelah dua hari, tapi malam ini cukup lancar," kata Ira kepada Solotrust.com Jumat (17/6) selepas acara.
Ia berharap, event IMF ke depan dapat terus diselenggarakan sebagai wadah seniman topeng di Indonesia dan mancanegara.
"Ini menjadi ajang soft diplomasi budaya antar negara, daerah, bangsa, dan yang paling penting antar personal," ujarnya.
"Ini menjadi wadah seniman topeng dari dalam dan luar negeri, dan daerah-daerah di Indonesia," imbuh Ira. (dks)
(zend)