Solotrust.com -KKN (Kuliah Kerja Nyata) UNY 25856 di Tunggularum Wonokerto Turi Sleman membuat kegiatan bertema "Kenali Potensi Untuk Perencanaan Masa Depan", yang membahas tentang perlunya pencegahan pernikahan usia dini.
Menurut Ketua KKN Romadhon Mustofa, kegiatan ini dilaksanakan atas permintaan warga setempat untuk mencegah pernikahan dini yang terjadi di kalangan remaja.
"Kami memilih pembicara Bu Das Salirawati karena pengalamannya menjadi Kepala Pusat Studi Wanita dan Gender LPPM UNY" katanya sebagaimana dikabarkan UNY dalam laman beritanya.
Dalam sarasehan berjudul "Ada Apa Dengan Menikah" di desa Tunggularum Wonokerto Sleman Minggu (31/7), Dr. Das Salirawati memaparkan seseorang dikatakan nikah dini ditinjau dari usia dan kematangan mentalnya belum cukup untuk memasuki dunia rumahtangga.
"Secara biologis, wanita siap untuk bereproduksi pada usia 20 tahun, sedangkan untuk pria 25 tahun. Pada usia itulah organ-organ reproduksi siap untuk berfungsi secara optimal, artinya sel telur siap untuk dibuahi dan sel sperma baik untuk pembuahan," kata Dosen kimia FMIPA UNY itu.
Selain itu pada usia 20 tahun wanita secara psikologis telah siap untuk mengurus rumahtangga, dan pada usia 25 tahun pria juga telah siap menjadi kepala keluarga.
Menurut warga Banteng Baru Yogyakarta tersebut, ada beberapa sebab pernikahan dini diantaranya karena "kecelakaan" akibat melakukan pergaulan bebas, karena putus sekolah atau karena permintaan orang tua.
Sampai saat ini, masih ada sebagian orangtua yang berpendapat bahwa anak perempuan identik dengan pekerjaan di dapur, artinya anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya ke dapur juga.
Anggapan ini sulit diubah karena biasanya orangtua yang kolot menganggap hanya pemikiran mereka yang benar, sedangkan anak tidak berhak untuk menasihati atau memberi masukan kepada mereka.
Selain itu ada anggapan di beberapa wilayah Indonesia yang merasa malu bila anak perempuannya yang sudah berumur 18 tahun belum menikah, karena mereka akan dijuluki "perawan kasep".
Dikatakan Das bahwa orangtua yang beranggapan seperti itu tidak memahami pengetahuan tentang dampak pernikahan dini ditinjau dari psikologis dan biologis.
Das Salirawati mengajak warga setempat untuk mencegah pernikahan dini karena membawa dampak dari aspek sosial, psikologis, dan biologis.
Menikah pada usia dini memberikan beban sosial bagi si anak, tekanan psikologis jika anak tidak.mampu beradaptasi dengan kehidupan yang dijalaninya, dan secara biologis sebenarnya organ reproduksi si ibu belum cukup siap untuk menerima kehadiran seorang anak di dalam rahimnya.
Pengalaman, kedewasaan, kematangan berpikir sangat diperlukan bila seseorang ingin menikah dini. Jiwa mandiri yang belum terbentuk, kekanak-kanakan, rasa tanggung jawab yang kurang, dan kurangnya pengalaman merupakan beberapa penyebab tidak berhasilnya mereka membina rumahtangga di usia dini.
Memang ada yang menikah dini dan membawa keluarga samawa, namun jumlahnya tidak banyak.
"Oleh karena itu menikah pada usia yang telah matang secara fisik dan psikis sangat disarankan," tutup Das Salirawati.
Kegiatan ini diikuti oleh remaja karang taruna Tunggularum. Wakil Ketua Karang Taruna Tunggularum Zainuddin merasa gembira dengan adanya sosialisasi ini karena memberikan pencerahan tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh remaja sebelum menikah. (Lin)
(wd)