Hard News

TGIPF akan Rekomendasikan Prosedur Pelaksanaan Pertandingan Sepak Bola Usai Tragedi Kanjuruhan

Nasional

12 Oktober 2022 11:38 WIB

Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang. (Foto: Instagram.com/@stadionkanjuruhan)

MALANG, solotrust.com - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menyebut akan memberi rekomendasi pelaksanaan laga sepak bola di Tanah Air usai mendalami Tragedi Stadion Kanjuruhan yang memakan ratusan korban jiwa setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen Kabupaten Malang, Sabtu (1/10) lalu.

Anggota TGIPF Rhenald Kasali mengatakan, dalam Tragedi Kanjuruhan pihaknya menyoroti banyak, salah satunya perihal infrastruktur stadion. Ia menyebut, Stadion Kanjuruhan memiliki pintu sempit dan tangga curam.



Menurutnya, hasil penelusuran TGIPF, stadion-stadion demikian harus segera dirombak untuk memenuhi standar kenyamanan dan keselamatan.

"Pintunya itu sangat sempit, dan dari tribun itu curam sekali, dalam keadaan normal pun orang tidak bisa berjalan cepat. Itu dibiarkan dan menurut hemat kami stadion-stadion seperti itu harus dibongkar dan dirubah," papar Rhenald dalam keterangan pers Kemenko Polhukam, Senin (10/10).

Pihaknya juga menyoroti penggunaan gas air mata yang sudah dilarang FIFA melalui Stadium Safety and Security pasal 19b. Ia menduga, selama ini ada kesalahan standart operational procedure (SOP) yang diabaikan banyak pihak.

"Selama bertahun-tahun dibiarkan, oleh karena itu lah saatnya menerapkan aturan," tuturnya.

Pada penelusuran kali ini, TGIPF juga telah memanggil para pemain sepak bola dari Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Ia mengungkapkan, pesepakbola juga menyoroti masalah jam tanding malam. Diketahui laga Arema vs Persebaya itu kick off pukul 20.00 WIB.

Selain itu, ia juga menyoroti pengamanan yang terlalu ketat saat laga derbi dengan mengangkut pemain menggunakan baracuda.

"Para atlet juga mengatakan sangat tidak nyaman bertanding jam setengah 10 misalnya. Mereka mengatakan selama ini diamankan menggunakan baracuda, itu tidak tepat, yang harus dilakukan itu rasa aman dan membangun budaya sportifitas tetapi sebetulnya itu sudah ada di ketentuan FIFA, tetapi tidak dijalankan," ujarnya.

Rhenald menegaskan, hasil penelusuran TGIPF akan digunakan untuk merubah sistem dan prosedur penyelenggaraan sepak bola. Diharapkan, adanya perubahan peradaban sepak bola agar kejadian serupa tak terulang.

"Kalau bicara perubahan, semuanya harus berubah ini, mental sportifitas, stadion harus berubah, keselamatan dan kenyamanan penonton penting, atlet cara mengamankan semata-mata baracuda, tetapi keselamaatan dan kenyamanan budaya," paparnya.

Sementara itu, saat ini TGIPF sudah kembali bertolak ke Jakarta. Rhenald menyatakan, tim gabungan telah mengumpulkan banyak data untuk dilakukan investigasi lanjutan.

"Anggota TGIPF sudah kembali ke Jakarta, sudah mengumpulkan fakta-fakta, sudah membawa bukti-bukti, sudah mengumpulkan beberapa CCTV yang penting, sudah membaca seluruh SOP ketentuan yang berlaku, hampir dapat disimpulkan banyak hal yang sudah ada tetapi tidak dijalankan, dan banyak hal yang kita membenarkan hal-hal sebetulnya itu tidak tepat," terangnya. (dks)

(zend)