Pend & Budaya

Pendidikan adalah Komoditas yang Tumbuh Lebih Mahal Setiap Tahun

Pend & Budaya

8 Maret 2023 19:07 WIB

Ilustrasi (Foto: Pixabay/Paseidon)

Solotrust.com - Setiap masyarakat Indonesia berhak memperoleh pendidikan layak tanpa terkecuali. Negara menjamin agar warga negara mendapatkan pendidikan sebagai alat pembentukan karakter dan kepribadian maupun penunjang pengembangan pengetahuan suatu individu.

Menurut Right to Education Initiative, pendidikan bukanlah suatu keistimewaan, melainkan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Artinya, setiap orang berhak secara hukum atas pendidikan yang bebas dari segala bentuk diskriminasi. Oleh karena itu, pendidikan bukanlah kemewahan diperuntukkan bagi orang kaya.



Di Indonesia sendiri, pendidikan tinggi diselenggarakan di berbagai lembaga pendidikan tinggi, salah satunya perguruan tinggi swasta (PTS). Sebagai elemen dalam sistem pendidikan di Indonesia, PTS merupakan salah satu fasilitas penunjang berjalannya pendidikan tinggi di indonesia.

Menurut databoks, perguruan tinggi swasta mendominasi di Indonesia dengan jumlah 3.129 unit atau 68 persen dari total perguruan tinggi pada 2019. PTS dianggap sebagai alternatif lembaga pendidikan selain perguruan tinggi negeri (PTN) untuk masyarakat yang  ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Selain itu, persaingan PTS lebih mudah jika dibandingkan PTN yang relatif lebih ketat. Hal ini menjadi salah satu faktor perguruan tinggi swasta masih eksis di kalangan masyarakat,

Menurut riset dilakukan kompasiana analisis tersebut, laju kenaikan biaya kuliah per tahun – sekira 1,3 persen untuk kampus negeri (PTN) dan 6,96 persen untuk kampus swasta (PTS).

Jika dilihat dari data tersebut, kenaikan biaya kuliah signifikan dapat menimbulkan risiko bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Kenaikan biaya pendidikan sangat signifikan jelas akan membuat mahasiswa PTS paling merasakan dampaknya.

Di lain sisi, muncul istilah komersialisasi pendidikan. Menurut Giroux, komersialisasi pendidikan telah mengubah lembaga pendidikan sebelumnya efisien secara ekonomi menjadi bisnis melayani masyarakat kaya dan menyediakan pekerja.

Beberapa lembaga pendidikan kini mengikuti paradigma pendidikan ekonomi sebagai akibat dari komersialisasi pendidikan. Banyak lembaga pendidikan akhirnya kehilangan sasaran dengan meremehkan peran dimainkan pembelajaran dalam membuat orang lebih manusiawi. Mahalnya biaya pendidikan mempersulit masyarakat kelas sosial ekonomi bawah untuk mengaksesnya yang secara tidak langsung memperlebar jurang pendidikan.

Di satu sisi, dana infus tahunan sebagian besar berasal dari biaya kuliah mahasiswa diperlukan untuk membiayai operasional kampus. Menurut Elisabeth Rukmini dilansir dari Theconversation, dua komponen pengeluaran terbesar kampus adalah sumber daya manusia (gaji dosen) serta sarana dan praasana (alat praktikum hingga langganan jurnal), dapat menghabiskan sekira 85 persen dari anggaran.

Akibatnya, diperlukan aturan manajemen untuk mengatur keuangan lembaga pendidikan agar perguruan tinggi lebih mudah memperoleh dana cukup untuk membiayai operasional kampusnya dengan tidak melakukan transaksi jual beli berlebihan dengan mahasiswa.

Upaya peningkatan kualitas perguruan tinggi swasta juga harus dilakukan sebagai langkah awal untuk menutup kesenjangan antarperguruan tinggi di Indonesia. Sebagai visi pendidikan tinggi untuk keadilan pendidikan, hal itu harus dipraktikkan dengan tetap menjunjung tinggi profit-making attitude. (Krisna/Dimas)

(and_)

Berita Terkait

Pendidikan Tamtama Infanteri TNI AD TA 2025 Rindam IV/Diponegoro Resmi Dibuka

Workshop SPAB JSIT Indonesia Wilayah Jateng: Membangun Sekolah Aman Bencana dengan Kolaborasi dan Aksi Nyata

Peringati HUT ke-7, Balai Diklat Jadi Momentum Kemenkum Jateng Perkuat Kolaborasi Antarsatker

RSUP Dr Kariadi dan FK UNDIP Sepakat Jalankan Kembali PPDS Anestesi, 35 Langkah Perbaikan Telah Diterapkan

Hardiknas 2025, Kota Semarang Teguhkan Komitmen pada Pendidikan Berkeadilan

Ringankan Beban Finansial, Menkes Izinkan Praktik Dokter Umum bagi PPDS

UMS Wujudkan Kampus Inklusif

UNSA Gelar PKKMB, Ketua Yayasan Minta Mahasiswa Kuasai Ilmu dan Teknologi

Semar Night Festival, Puncak Acara PKKMB UNS 2024 Exploring Indonesias Culture Unity In Diversity

Kenalkan Lingkungan Kampus, Umuka Gelar PKKMB dan Masta untuk Maru

Kampus Ramah Disabilitas: PKKMB UNS 2024, Langkah Awal Menuju Kesetaraan Mahasiswa

Keluarkan Anggaran Paling Banyak, Program IISMA Dipertanyakan Dampaknya: "Ajang Jalan-jalan Gratis"

Gagal SNBT 2024? Polteknaker Buka Kesempatan Kuliah Gratis, Pendaftaran hingga 27 Juni

Kenaikan UKT Dibatalkan, Mendikbudristek Minta PTN Rangkul Calon Mahasiswa Baru Terdampak

5 Tips Masuk Kampus Negeri Impian, Dijamin Lolos!

Tes Mata Pelajaran untuk Masuk Kampus Diganti Penalaran

UNS Jadi Satu-satunya PTN di Indonesia Masuk THE Young University Rankings 2022

Dies Natalis ke-45, Tahun Pertama UNS Berstatus PTNBH

Semarang jadi Kota Pertama Lengkap Sertifikat PTSL di 2023

Kementerian Investasi Nilai Kinerja PTSP dan PPB Boyolali

150 Peneliti Bahas Strategi Hilirisasi Penelitian

Mahasiswi Unhas Kehilangan Barang di Bandara Malaysia, Ada Dokumen Penting dan Ijazah

UNS Rayakan Dies Natalis ke-49 Bersama Masyarakat Solo di CFD Slamet Riyadi

KPU Sukoharjo Gelar Diskusi Merawat Demokrasi Indonesia, Gandeng HMI dan GMNI Univet

Kanwil Kemenkum Jateng-UMUS Brebes Buka Peluang Kerja Sama

Prof Sutoyo, FX Hadi Rudyatmo, dan Sumartono Hadinoto Terima Penghargaan dari DHC 45

Perkuat Sinergi, Kanwil Kemenkum Jateng Teken Kerja Sama dengan Universitas Pancasakti Tegal

Kemenag dan Komisi VIII Sepakati Biaya Haji Tahun Ini Turun, Jemaah Bayar Rerata Rp55,43 Juta

Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional, Jerry Hermawan Lo Sisihkan Rp20 per Kelapa untuk Biayai 1000 Sarjana

Gratiskan Biaya Pendidikan 41 SMP Swasta, Wali Kota Semarang Ingin Pendidikan Merata

Sambut Tahun Baru, PLN Gelar Promo Tambah Daya hingga 5500 VA, hanya Rp271.023

Pelunasan Biaya Haji Dibuka 9 Januari 2024, Ini Kriterianya

Jasa Raharja Jamin Biaya Perawatan Korban KA Argo Semeru yang Anjlok di Kulon Progo

Berita Lainnya