Ekonomi & Bisnis

Kisah Inspiratif: Suwarji, dari Penjual Rambak Keliling jadi Bos Kerupuk Mojolaban

Ekonomi & Bisnis

09 Agustus 2023 10:57 WIB

Proses pembuatan rambak di tempat produksi milik Suwarji. (Foto: Dok. solotrust.com/Natasya Assyahra)

SUKOHARJO, solotrust.com - Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo terkenal dengan berbagai industri usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berkembang pesat.

Beragam industri rumah tangga bisa ditemui di wilayah ini, salah satunya produksi kerupuk kulit alias rambak.



Seperti diketahui, rambak merupakan produk olahan kulit sapi dengan cita rasa gurih dan renyah serta banyak diminati masyarakat.

Salah satu produsen rambak di Kecamatan Mojolaban adalah Suwarji. Warga Desa Dukuh ini telah menggeluti bisnis pembuatan kerupuk kulit sekira 24 tahun, tepatnya sejak 1999 silam.

Saat ditemui solotrust.com di tempat usahanya, Senin (07/08/2023), Suwarji menceritakan awal mula membuka usaha produksi rambak sendiri. Berawal dari penjual rambak keliling yang dipasarkan di berbagai warung dan angkringan, ia pun akhirnya tebersit keinginan, niat, dan gagasan untuk memulai usaha sendiri.

Suwarji mengawalinya dengan berkunjung ke tempat produksi rambak di berbagai daerah dan mulai mempelajarinya sedikit demi sedikit. Setelah cukup menimba ilmu, ia pun memberanikan diri mengeluarkan modal untuk berbelanja dan membuat segala peralatan penunjang produksi.

"Alatnya bikin sendiri semua, walaupun nggak sesempurna di pabrik besar. Sederhana, tapi yang penting menghasilkan," kata Suwarji.

Adapun untuk bahan baku pembuatan rambak, dirinya mengaku mendapatkannya dari tengkulak di Surabaya, Jawa Timur. Proses produksinya pun dikerjakan sendiri, mulai dari kerupuk mentah, pengeringan, menggoreng hingga pembungkusan rambak. Selain rambak siap makan, Suwarji juga menjual bahan mentah, bergantung permintaan konsumen.


Sementara guna memenuhi selera konsumen, Suwarji menyediakan berbagai macam rambak, mulai dari karak rambak, rambak stik, rambak tipis, kerupuk oval hingga kerupuk jari. Dalam sehari, ia mampu menghabiskan minyak goreng sebanyak tiga hingga empat kuintal dengan jam kerja produksi mulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB.

Terkait pemasarannya sendiri, Suwarji sejauh ini masih berfokus menjajakan hasil produksinya di area Soloraya, terutama di Kabupaten Karanganyar dengan target pasar tradisional atau kelas menengah ke bawah.

Rambak dalam partai besar ditawarkan seharga Rp35 ribu per kantong plastik besar, isinya 250 biji. Sementara jika ingin eceran bisa datang langsung ke kediaman Suwarji di Desa Mancasan, tak jauh dari tempat produksnya.

Salah satu kendala dalam proses produksi adalah pada saat penggorengannya. Rambak bisa kurang mekar, sehingga harus diperhatikan saksama dalam prosesnya. Terlebih ketika musim hujan perlu lebih diperhatikan lagi karena tidak menggunakan oven dalam proses pengeringannya.

"Saat musim hujan itu kerja lebih keras, tapi hasilnya nggak ada karena nggak langsung kering. Sementara kalau dioven tidak sesuai dengan biaya operasional. Jadi bertahan saja, kalau musim hujan produksi kosong, ya kosong. tapi untuk permintaan banyak banget, jadi untuk penjualannya lebih sulit," jelas Suwarji.

Dalam menjalankan usahanya, Suwarji juga bercerita jika terdapat banyak pesaing di sekitarnya yang besar dengan cepat. Kendati demikian, ia tetap yakin dengan rezeki masing-masing.

"Di sini ada empat usaha, saya termasuk yang pertama di sini. Ya walaupun besarnya paling akhir tidak seperti teman-teman lainnya, yang penting yakin, kan rezeki sudah ada yang ngatur, penting usaha dulu. Kalau bagus semua, saya ya ikut seneng," beber Suwarji.

"Suka dukanya tetep ada, jadi kalau orang melihat kan enaknya saja, dalemnya nggak tahu. Jalani apa adanya aja," pungkasnya.

*) Reporter: Natasya Assyahra/Raudlatul Jannah

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya