Pend & Budaya

IWTIF 2023 Bahas Potensi Wellness Tourism dari 56 Keraton se-Indonesia

Pend & Budaya

19 September 2023 21:38 WIB

Talk show Indonesian Wellness Tourism Internasional Festival (IWTIF) 2023 dengan tema Ethnowellness Nusantara (ETNA), Destinasi Kesehatan Tradisional Indonesia di Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa (19/09/2023).

SOLO, solotrust.com - Potensi wellness di Indonesia masih sangat luas dan dapat dikembangkan lebih maksimal. Salah satunya potensi wellness keraton. Apalagi di Indonesia ada 56 keraton memiliki potensi khasanah wellness bisa dioptimalkan pemanfaatannya.
 
Permasalahan ini dibahas dalam talk show Indonesian Wellness Tourism Internasional Festival (IWTIF) 2023 dengan tema Ethnowellness Nusantara (ETNA), Destinasi Kesehatan Tradisional Indonesia di Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa (19/09/2023). 
 
Keraton Surakarta Hadiningrat Solo adalah salah satu anggota dari 56 Dewan Kerajaan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN). Berkolaborasi dengan IWSPA, IWMA serta WHEA, MAKN mengusung Ethnowellness Nusantara yang akhirnya bersama 35 asosiasi mendirikan Board of ETNA.
 
Pelestari ETNA, Tanri Abeng, mengatakan saat ini Indonesia memiliki 56 keraton Nusantara. 
 
"Tentunya potensinya besar sekali, makanya kita bahas lebih jauh pemanfaatannya," kata dia di sela kegiatan.
 
Saat ini Indonesia masih sangat minim memanfaatkan bidang wellness, khususnya tentang wellness tourism, padahal potensinya sangat besar, apalagi jika dikaitkan dengan kesehatan secara holistik, baik secara fisik, mental juga kesehatan sosial.
 
"Inilah kearifan yang selama ini ada dalam keraton, kesehatan yang holistik, baik secara fisik, mental maupun kesehatan sosial sehingga semua bisa komprehensif," sebut Tanri Abeng.
 
Potensi ini perlu digali lebih jauh dari keraton-keraton Nusantara, baru kemudian bisa dikemas dengan lebih baik dan dipasarkan untuk wisatawan mancanegara. Sejauh ini promosi dilakukan belum maksimal, sehingga wisatawan mancanegara kurang mengenal potensi Indonesia.
 
"Kalau bisa keraton-keraton ini kita promosikan ke dunia sehingga para turis dari luar negeri datang ke Indonesia ada wellness. Betapa selama ini kita kalah dari Malaysia, Thailand maupun Singapura, padahal potensi kita jauh lebih besar," ujar Tanri Abeng.
 
Sejauh ini persoalannya adalah ketidaktahuan masyarakat jika sejatinya Indonesia memiliki potensi wellness besar. Selain itu Indonesia tidak mempromosikan wellness tourism secara baik.
 
"Kita tidak punya konsep mengenai pemasaran. Kalau kita memasarkan harusnya kita benahi produknya. Caranya dengan menggandeng keraton-keraton yang ada di Nusantara dan mengemas produk-produk dari sumber daya keraton," tutur Tanri Abeng.
 
Sementara itu, Ketua Harian Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Eddy Wirabhumi, mengutarakan saat ini potensi wellness tourism di dunia mencapai triliunan rupiah. Sayangnya yang bisa dimanfaatkan Indonesia baru mencapai lima persen. Karenanya untuk pemanfaatan wellness tourism ini harus dilakukan secara holistik.
 
"Bukan hanya mengenai apa saja produk yang dihasilkan, tapi juga bagaimana pengemasan hingga pemasarannya," ujarnya.
 
Menuju ke sana, menurut Eddy Wirabhumi, perlu ada perencanaan matang. Salah satunya belajar dari yang sudah sukses menjalankannya.
 
"Kita lihat di Tawangmangu selama ini menjadi binaan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) ternyata sudah lama memanfaatkan wellness ini. Kita perlu belajar dan yang paling penting keraton-keraton yang ada di Nusantara ini bisa bersinergi untuk menggeluti wellness ini," pungkasnya. (riz)

(and_)