SOLO, solotrust.com – Pameran batik bertajuk Batik Art Installation 2025 digelar di Bale Pangenggar, Taman Balekambang, mulai 20 hingga 28 September 2025. Pemerintah Kota Solo memberi dukungan penuh kepada para seniman, budayawan, serta maestro batik yang telah memperkenalkan batik hingga ke kancah internasional.
Batik Art Installation 2025dibuka secara resmi dibuka Wali Kota Solo, Respati Achmad Ardianto bersama Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Aryo Widyandoko, Sabtu (20/09/2025).
Mengusung tema ‘Past, Now, Future’, Batik Art Installation 2025 menyuguhkan perjalanan batik dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan. Ini dimaksudkan untuk memperlihatkan batik memiliki identitas dan kedudukan penting. Batik tak bisa hanya dianggap sebagai peninggalan budaya dari masa lalu, namun sebagai karya yang terus berkembang, bertransformasi, dan tetap relevan dengan perubahan zaman.
Seperti disampaikan Wakil Wali Kota Solo, Astrid Widayani, batik merupakan salah satu warisan budaya dunia yang perlu dijaga.
“Kita jangan hanya menjadikan batik sebagai warisan budaya, namun sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari,” ucapnya kepada awak media.
Astrid Widayani juga berpesan kepada generasi muda untuk menjadikan batik sebagai lifestyle.
“Generasi muda jangan hanya menjadikan batik sebagai pakaian formal, tapi jadikan batik sebagai lifestyle dan bangga menggunakan batik yang merupakan budaya dan warisan Indonesia,” ujarnya.
Batik Art Installation 2025menampilkan karya dari berbagai kalangan, mulai dari pembatik hingga kolektor. Pengunjung dapat melihat koleksi bersejarah milik penyanyi keroncong Waldjinah melalui Batik Walang Kekek, karya maestro Panembahan Hardjonagoro atau Go Tik Swan, serta batik dari Iwan Tirta, Afif Syakur, Fafa Utami, Uzy Fauziah, dan St Sendari.
Pengunjung dapat menikmati karya para desainer busana siap pakai atau ready to wear karya Ali Charisma, Batik Pitulungan by Robin dan Hanna, Deden Siswanto, Denny Wirawan, Djongko Rahardjo, Irmasari Joedawinata, Itang Yunasz, Lenny Agustin hingga Raegita Zoro. Ini menunjukkan batik memposisikan diri dengan arus zaman hingga mengikuti tren model internasional.
Tiga seniman, yakni Saifa Ilham, Sri Kuncoro, dan Teddy Damar, berpartisipasi melalui karya berbasis batik yang disajikan dalam bentuk visual kontemporer. Melalui instalasi, batik ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi dengan tata ruang yang berbeda dari pameran batik umumnya.
Terdapat berbagai macam sarana produksi batik ditampilkan, mulai dari malam (lilin yang digunakan untuk membatik), canting (untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam), pewarna (berbagai jenis kayu hingga kulit manggis), hingga batik berisi lafal lagu.
Kalangan pendidikan turut dilibatkan dalam acara ini, yakni Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan Program Studi Desain Mode dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan Program Studi Desain Mode Batik berpartisipasi dengan menghadirkan karya mahasiswa. Kehadiran batik di pendidikan formal menjadi pertanda dunia akademik turut dalam upaya pelestarian dan pengembangan batik.
Seorang pengunjung, Ayu merasa batik cocok dengan lifestyle saat ini,
“Keren isinya mulai dari penataannya, terus yang paling cakep menurutku fashion batik modern, cocok aja buat formal atau nonformal,” ucapnya.
*) Reporter: Miftah Nur Faizin/Mochammad
(and_)