SRAGEN, solotrust.com – Untuk kedua kalinya, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS) menggelar workshop konservasi fosil. Total 62 peserta didatangkan dari berbagai daerah secara intensif untuk mempelajari konservasi fosil.
Kegiatan ini berlangsung mulai 16 hingga 21 Juli 2018. Setelah dibuka dalam sebuah opening ceremony oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid Setiyadi di Sunan Hotel Kota Solo, workshop konservasi fosil secara maraton dilakukan dengan teori dan praktik.
Selama enam hari, para peserta mendapatkan pengalaman-pengalaman baru tentang konservasi fosil. Panitia juga mendatangkan tiga tutor dari BPCB Jawa Timur yang memang sudah professional dalam membuat replika fosil.
Para peserta sendiri sebetulnya bukanlah orang-orang yang asing dalam urusan pelestarian cagar budaya. Mereka adalah utusan dari kantor kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya(BPCB) yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.
Para peserta workshop ini merupakan orang-orang yang peduli akan kelestarian cagar budaya, khususnya keberadaan fosil. Dengan workshop ini diharap akan menghasilkan sumber daya konservasi yang handal sehingga mampu melestarikan fosil khususnya.
Workshop Konservasi Fosil ini juga diharap mampu memberikan pengetahuan teori tentang cagar budaya dan praktik langsung di lapangan. Pengetahuan yang didapat peserta diharap mampu diaplikasikan di daerah masing-masing demi pelestarian cagar budaya.
Ketua panitia Workshop Konservasi Fosil 2018 yang juga seorang Pengkaji Perlindungan Situs Manusia Purba, Marlia Yulianti Rosida menjelaskan, kegiatan ini diadakan untuk memberikan pembekalan tentang bagaimana saat menemukan hingga perawatan fosil.
“Selama ini mungkin mereka praktik di lapangan tanpa mungkin mengetahui teorinya seperti apa, pengetahuan ilmiah atas apa yang mereka lakukan itu apa. Jadi kita memberikan teori juga, sehingga akan lebih memperkuat apa yang mereka sudah kerjakan,” jelas Marlia kepada solotrust.com, Jumat (20/7/2018).
Kegiatan pembuatan replika fosil adalah sesi praktik dari teori-teori yang dalam tiga hari sebelumnya telah dilakukan. Sebelumnya para peserta juga sudah melakukan pengenalan lapangan di beberapa situs seperti di situs Manyarrejo di Plupuh Sragen.
“Praktik pembuatan replika itu relatif baru juga untuk mereka,” sambungnya.
Menurut Marlia, tujuan pembuatan replika fosil yakni agar peserta tahu cara membuatnya. Hal itu penting untuk terus menjaga kelestarian fosil. Karena fosil harus selalu terbebas dari sentuhan tangan-tangan yang merusak, sehingga replika fosil ini bisa juga untuk menjadi bahan bahan pameran.
Peserta yang mengikuti workshop ini di antaranya dari BPCB Aceh, Sumatra Barat, Jambi, Banten, Yogyakarta, Jawa Tengah, ada juga dari museum nasional, Balai Konservasi Borobudur, BPCB Jawa Timur, Bali, Samarinda, Gorontalo, Makassar, Ternate, dan Bali.
Sementara kegiatan juga diikuti dari komunitas pelestari seperti dari Museum Patikrejo yang masih di bawah kelola BPSMP Sangiran, Museum tiga belas Bojonegoro, Museum Buton dari Bumiayu, dan Museum Mahameru Blora.
Saat berada di ruang praktek pembuatan replica fosil inilah , para peserta mengetahui dengan detail metode metode serta bahan yang diperlukan. (saf)
(way)