SOLO, solotrust.com – FIFA membantah sebuah laporan yang menyebutkan Presiden Gianni Infantino membantu Paris Saint-Germain (PSG) dan Manchester City terhindar dari sanksi berat aturan Financial Fair Play (FFP). Laporan tersebut diterbitkan oleh Football Leaks, beberapa pekan belakangan.
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa Infantino dituduh membantu PSG dan Manchester City hanya menerima hukuman ringan atas pelanggaran mereka terhadap aturan FFP, melansir Mirror, Jumat (2/11/2018).
Menurut Football Leaks, seperti yang dipublikasikan di Der Spiegel, pemilik CIty diduga menyuntik £2,3 miliar ke klub selama tujuh tahun terakhir melalui pemegang saham dan kontrak sponsor yang terlalu bernilai. Hal itu disebut merupakan praktik yang melanggar peraturan FFP.
Dalam sebuah dokumen, menyatakan bahwa Infantino terlibat dalam negosiasi yang memungkinkan City dan PSG untuk menghindari sanksi ketat untuk mengesampingkan aturan mengenai pendapatan sponsor.
Menurut dokumen tersebut, dalam surat elektronik pada April 2014 kepada kolega Ferran Soriano, CEO Man City, Infantino disebut setuju untuk menginstruksikan pengacara City dan UEFA. “Untuk menegosiasikan penyelesaian yang lebih dari peringatan dan dapat dilihat sebagai yang efektif atau tidak memihak tetapi tidak mempengaruhi bisnis MCFC (Manchester City Football Club) secara dramatis,” tulis dokumen tersebut.
Menanggapi isu itu, pihak FIFA secara tegas membantahnya. FIFA mengklaim bahwa laporan tersebut merupakan upaya untuk meruntuhkan kepemimpinan FIFA di rezim yang baru ini.
"Terlepas dari fakta bahwa kami menjawab pertanyaan yang diajukan kepada kami dengan cara yang lurus dan jujur, media tertentu memutuskan untuk mengabaikan sebagian besar jawaban kami dan untuk mendistorsi fakta dan kebenaran dalam upaya yang disengaja untuk mendiskreditkan FIFA dan menyesatkan,” tulis FIFA dalam keterangannya.
“Tampaknya jelas dari "pelaporan" yang dilakukan di beberapa media bahwa hanya ada satu tujuan khusus: upaya untuk melemahkan kepemimpinan baru FIFA dan, khususnya, Presiden, Gianni Infantino, dan Sekretaris Jenderal, Fatma Samoura.”
Bahkan, FIFA juga mengaitkan kasus ini dengan upaya yang disengaja untuk mengambil alih kepengurusan. Mengingat banyak pejabat FIFA terdahulu yang tersingkir dan saat ini tengah menjalani proses pidana.
"Tidaklah mengherankan bahwa beberapa dari mereka yang telah dihapus, diganti, atau yang tidak bahagia, terus menyebarkan desas-desus palsu dan sindiran tentang kepemimpinan baru. Kami sadar bahwa ada orang-orang yang, karena frustrasi, ingin merongrong FIFA, karena alasan kepentingan mereka sendiri.”
(way)