Hard News

Bahas Seputar Krisis Perkotaan, Mahasiswa Sosiologi FISIP UNS Gelar Seminar dan Konferensi

Jateng & DIY

13 Desember 2018 09:27 WIB

Kegiatan seminar dan konferensi sosiologi perkotaan. (solotrust.com/adr)

SOLO, solotrust.com - Program studi sosiologi perkotaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar seminar nasional dan konferensi di Auditorium UNS, Solo, pada Rabu (12/12/2018)

Dalam acara bertema semangat berkarya berkontribusi untuk kota kita tersebut diisi oleh pembicara-pembicara yang berkompeten di bidang perkotaan diantaranya Titin Marliyana (mahasiswi S1 Sosiologi), Ratna Devi (Dosen Sosiologi UNS), Sumilir dari Bappeda Kota Surakarta dan putra bungsu Presiden RI Joko Widodo yang merupakan entrepreneur sekaligus vlogger, Kaesang Pangarep.



Dalam pemaparannya, Titin Marlyana mengungkap mengenai korelasi variasi demografi dengan tingkat krisis perkotaan. Dalam penelitiannya titin menggunakan sejumlah indikator untuk mengukur tingkat krisis perkotaan.

"Indikatornya buruknya kehidupan, Gigantisme, Privatisasi, fragmentasi sentrifugal, hilangnya makna ruang kota, ketiadaan peran dan jabatan, ketidakadilan, serta profesionalisme yang tidak berakar pada kebutuhan dan kehidupan kota," papar dia

Dari hasil penelitan, dia menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara variasi demografi dengan tingkat krisis perkotaan. Di mana pada Kota Solo ada beberapa kelurahan yang terindikasi menuju tingkat krisis tinggi. Antara lain, Jajar, Gilingan dan Bumi.

"Artinya hipotesis kita ditolak," ujarnya.

Sementara itu, Ratna Devi menjelaskan mengenai pentingnya pemahaman warga kota terkait dengan perkembangan sebuah kota. Menurutnya, krisis di perkotaan adalah suatu keadaan di mana lembaga pemerintagan dan mekanisme sosial kota tidak mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengakomodasi perubahan-perubahan lingkungan baik lokal, nasional, maupun internasinal dan kebutuhan masyrakat.

"Banyak warga yang tidak paham arah perkembangan kota, warga hanya melihat bentuk jadinya saja misalkan jalan layang, artinya masih ada jarak antara pemerintah dengan warganya, hal itu menghantarkan suatu kota menuju krisis perkotaan," ungkap dia.

Untuk menanggulanginya, kata Ratna, ada tiga komponen penting yang bisa diberdayakan agar menjadikan daya tahan kota bisa aman dan nyaman antara lain masyarakat, pemerintah kota dan pengusaha.

"Ketigabya memiliki sistem nilai, sosial, dan perilaku yang menimbulkan kapasitas solidaritas, integrasi dan kapasitas pencegahan krisis, maka harus dikontrol dan dioptimalkan," ujar Ratna

Sumilir yang dalam hal ini mewakili Pemkot Surakarta memberikan pandangan perencanaan tentang pembangunan di Kota Solo baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang.

"Kita memiliki rencana jangka panjang 2005-2025 untuk mewujudkan Solo menjadi kota budaya, mandiri, maju dan sejahtera," kata Sumilir.

Lanjut dia, diperlukan dorongan untuk meningkatkan sektor kewirausahaan agar menciptakan data saing untuk ketahaan ekonomi kota.

"Ketahanan ekonomi kota dapat terwujud apabila disupport 20 persen wirausaha, di Kota Surakarta masih kurang dari 1 persen, artinya masih harus terua didorong, untuk menciptakan daya saing itu," ujar Sumilir.

Kaprodi Sosiologi Ahmad Zuber dalam sambutan saat membuka acara menuturkan, kegiatan ini diikuti oleh berbagai perguruan tinggi. Total ada 47 paper yang dikonferensikan dari 21 perguruan tinggi seluruh indonesia, 4 institusi, dan 85 pemakalah.

"Forum ini lahir hanya dari satu mata kuliah, kalau setiap program studi mampu meng-create acara seperti ini saya yakin Indonesia semakin luar biasa, generasi muda harus dapat memanfaatkan forum-forum seperti ini untuk sharing dan saling mengenal, khususnya mahasiswa Prodi Sosiologi agar dapat meningkatkan kualitas prodinya," ujarnya

Pada kesempatan itu, Dekan FISIP, Ismi Dwi Astuti berharap, seminar dan konferensi ini dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan perkotaan untuk membangun kota yang aman dan nyaman.

"Diharapkan forum ini tidak hanya mampu mengidentifikasi persoalan yang ada tapi kemudian mampu bersama-sama memikirkan untuk merancang dan membangun kota masa depan yang lebih baik. Selain itu juga dimanfaatkan untuk membangun jejaring sesama generasi muda untuk membangun kota," pungkas Ismi. (adr)

(wd)