SOLO, solotrust.com - Tokoh perfilman Indonesia kembali berjaya di kancah internasional. Dalam Singapore International Film Festival (SGIFF) ke-28 yang digelar pada 23 November hingga 3 Desember 2017 di National Museum Singapore, sutradara asal Indonesia Garin Nugroho dianugerahi Honorary Award (3/12/2017). Penghargaan ini adalah penghargaan tertinggi dalam festival film tersebut.
“Honorary Award adalah penghargaan untuk para pembuat film yang telah membuat kontribusi yang luar biasa dalam dunia perfilman di Asia. Menampilkan kecintaannya pada negaranya dan kebudayaan Jawa, film-film Garin Nugroho memiliki kualitas keindahan sekaligus sebagai karya yang reflektif yang beresonansi dengan penontonnya. Sebagai seorang guru, pemimpin komunitas dan seniman, Garin Nugroho adalah satu dari pembuat film paling penting di Asia Tenggara sekarang. SGIFF bangga untuk memberikan penghargaan ini kepada Garin Nugroho," demikian pernyataan resmi dari pihak penyelenggaran melalui akun Instagram @sgiffest.
Melalui akun Instagram pribadinya, sutradara Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak, Mouly Surya juga mengungkapkan bagaimana Garin telah membuka jalan terhadap film yang menunjukkan tentang keotentikan Indonesia dan membuat iapun mengikuti jejaknya.
Pernyataan itu pun kemudian di-repost juga oleh sutradara lain yakni Kamila Andini dalam film The Seen And Unseen. Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak dan The Seen And Unseen adalah dua film yang menonjolkan budaya Indonesia. Kedua film ini sebelumnya juga memenangkan penghargaan tertinggi (grand prix) dalam Tokyo Filmex International Film Festival 2017.
“…Garin Nugroho adalah seseorang yang membuat film dimana tidak ada orang lain yang melakukannya di Indonesia. Dia adalah orang yang menunjukkan Indonesia yang otentik, sebuah visi dari seniman sejati dalam panggung internasional. Dia membuka jalan dan kita mengikutinya…," tulis @moulysurya.
Garin Nugroho Riyanto atau yang lebih dikenal dengan Garin Nugroho adalah salah satu produser dan sutradara film yang populer di Indonesia. Sederet karya telah ditelurkannya sejak tahun 1984 seperti Gerbong Satu, Dua (1984), Cinta Dalam Sepotong Roti (1990), Bulan Tertusuk Ilalang (1994), Daun Di Atas Bantal (1997), Rindu Kami Padamu (2004), Under The Tree (2008), dan “Soegija” (2012).
Ia juga pernah memenangkan sutradara terbaik dalam Festival Tiga Benua, Perancis tahun 1997 dalam film Bulan Tertusuk Ilalang, penghargaan khusus juri dalam Festival Film Internasional Tokyo tahun 1998 untuk film Daun Di Atas Bantal, dan film terbaik Asia di Osian’s Cinefan Festival ke-7 tahun 2007 lewat film Rindu Kami Padamu. (Lin)
(way)