Serba serbi

Pakar UGM: Masyarakat Umum dalam Kondisi Sehat Tidak Perlu Pakai Masker

Kesehatan

6 Maret 2020 07:57 WIB

Ilustrasi (Sumber gambar: Freepik)

Solotrust.com - Di tengah merebaknya virus corona jenis baru (COVID-19), banyak orang berburu masker hingga pasokannya kian menipis.

Terkait tindakan masyarakat yang memborong masker untuk mencegah penularan, koordinator tim respons COVID-19 UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD, sebagaimana dilansir dari laman berita UGM (3/3/2020) menegaskan bahwa masyarakat umum yang dalam kondisi sehat tidak perlu mengenakan masker, karena virus ini tidak menular melalui udara secara langsung.



Penularan virus terjadi melalui droplet atau cairan tubuh yang bisa terpercik pada seseorang atau pada benda-benda di sekitarnya pada jarak 1-2 meter melalui batuk atau bersin. Karena itu, penggunaan masker diperlukan justru oleh orang yang sakit untuk mencegah percikan tersebut.

“Jadi secara umum penyakit ini lebih banyak menular melalui model penularan seperti itu. Karena itu, penyakit ini lebih efektif dicegah dengan cuci tangan dengan sabun antiseptik atau cairan pembersih tangan yang berbasis alkohol,” jelasnya.

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 dengan gejala umum gangguan saluran pernafasan akut baik ringan maupun berat yang meliputi demam, batuk, sesak nafas, kelelahan, pilek, nyeri tenggorokan, atau diare.

Satu dari enam orang yang terinfeksi akan mengalami gejala sakit yang berat hingga kesulitan bernafas, dan sebagian besar penderita yang mengalami keparahan adalah orang berusia lanjut dan memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, atau diabetes.

Riris menambahkan, dibandingkan dengan beberapa penyakit yang juga disebabkan oleh virus corona, seperti SARS dan MERS-Cov, COVID-19 memiliki tingkat fatalitas yang lebih rendah, yaitu sekitar 2 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan SARS yang bisa mencapai 10 persen.

Di samping itu, sistem kesehatan Indonesia dinilai cukup mumpuni untuk mendeteksi dan menangani penyakit ini, sehingga masyarakat tidak perlu panik.

“Dengan ditemukannya kasus yang terkonfirmasi kemarin, itu menunjukkan bahwa kapasitas deteksi sistem kesehatan kita cukup mumpuni, dan pemerintah juga sudah menyiapkan 100 rumah sakit di Indonesia untuk menangani kasus-kasus COVID-19,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, pakar mikrobiologi FKKMK UGM, Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D, Sp.MK, menerangkan bahwa banyak virus yang bisa dilawan dengan kekebalan tubuh.

Di samping konsumsi makanan sehat ataupun tanaman obat yang mampu meningkatkan sistem imun, olahraga, istirahat cukup, serta pengelolaan stres juga menjadi hal yang tidak kalah penting.

Hingga Selasa (3/3/2020) berdasarkan data World Health Organization (WHO), total kasus infeksi COVID-19 yang tercatat sebanyak 90.893 kasus di 73 negara, termasuk  2 kasus di Indonesia.

Di Tiongkok, sebagaimana dikabarkan Komisi Kesehatan Nasional Republik Rakyat Tiongkok, hingga Minggu (1/3/2020), pasien COVID-19 terkonfirmasi sebanyak 80.026 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 32.652 pasien masih dirawat dan 44.462 orang telah meninggalkan rumah sakit setelah dinyatakan sembuh. (Lin)

(wd)

Berita Terkait

Berita Lainnya