Serba serbi

Gejala Mirip Covid-19, Waspadai Malaria di Tengah Pandemi!

Kesehatan

27 April 2020 14:31 WIB

Ilustrasi (Pixabay)

JAKARTA, solotrust.com - Penyebaran Covid-19 di Indonesia saat ini terus meningkat dan meluas hingga ke daerah endemis malaria, terutama di bagian Timur Indonesia, seperti NTT, Maluku, dan Papua. Masyarakat diimbau untuk waspada tidak hanya terhadap Covid-19, tapi juga malaria.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan penyakit malaria memiliki beberapa gejala mirip Covid-19, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot.



Adapun prosedur layanan malaria guna menjaga agar tidak terjadi peningkatan kasus pada saat pandemi Covid-19 selalu mengacu pada protokol pencegahan Covid-19. Selain itu, penyakit malaria akan semakin memperberat kondisi seseorang yang juga terinfeksi Covid-19.

''Penderita malaria dapat terinfeksi penyakit lainnya, termasuk Covid-19,'' katanya di Gedung Kemenkes, Jakarta, akhir pekan kemarin, dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, kemkes.go.id.

Sementara dalam upaya perlindungan terhadap petugas layanan malaria dari penularan Covid-19, setiap petugas melakukan layanan malaria diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar protokol pencegahan Covid-19. Bagi masyarakat harus tetap mengutamakan jaga jarak fisik, memakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan menghindari kerumunan lebih dari lima orang serta jangan lupa menggunakan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk.

Di masa pandemi Covid-19, pemeriksaan diagnostik malaria dilakukan dengan tes cepat (RDT) dan pasien dapat segera diberikan pengobatan bila hasil pemeriksaan RDT positif. Pembuatan sediaan darah tetap dilakukan untuk konfirmasi hasil RDT dan evaluasi pengobatan malaria.

''Ingat klorokuin yang digunakan saat pandemi Covid-19 bukan obat malaria lagi sehingga bila sakit malaria minum obat antimalaria sesuai aturan. Untuk itu, perencanaan kebutuhan logistik terutama RDT dan obat anti malaria (OAM) disiapkan mencukupi sampai dua hingga tiga bulan ke depan di fasilitas pelayanan kesehatan,'' ujar Siti Nadia Tarmizi.

(redaksi)