Solotrust.com - Tim Negeri Tiga Singa, Inggris harus takluk atas invasi Italia dalam final Euro 2020 di Wembley Stadium, Senin (12/07/2021) dini hari WIB. Harapan skuat Ratu Elizabeth memboyong trofi juara lagi-lagi pupus di tengah asa yang kadung membumbung tinggi. Alhasil, sejumlah fans tak bisa menahan rasa kecewa mereka dan meluapkannya pada pemain.
Bukayo Saka menjadi salah satu pemain yang dikambinghitamkan sampai-sampai dirinya mendapatkan perlakuan rasis. Pemain sayap Arsenal berusia 19 tahun itu gagal mengeksekusi penalti penentu gelar juara dalam adu tos-tosan.
Sejumlah fans Inggris yang marah turun ke media sosial menyerang Saka dengan kasar, bahkan beberapa di antaranya melontarkan komentar rasis. Tak sedikit, fansThe Three Lions singgah ke akun Instagram pemain 19 tahun itu hanya untuk memposting emoji monyet di kolom komentar. Rasisme memang telah menjadi masalah besar tidak hanya di sepak bola Inggris, namun juga di seluruh Eropa. Serangan rasis ini datang di saat yang paling tidak tepat untuk Bukayo Saka.
Sangat bisa dimaklumi fans Inggris merasa sedih atas kekalahan menyakitkan ini. Tentu, kita bisa berargumen bahwa pemain lain bisa saja mengambil penalti final yang menentukan itu. Namun, sama sekali tak ada alasan untuk rasisme dalam keadaan apa pun.
Upaya Inggris untuk mengakhiri penantian 55 tahun memboyong trofi utama lagi-lagi harus berakhir dengan luka. Tim Negeri Tiga Singa kembali menelan pil pahit kekalahan dalam adu penalti saat Italia mengklaim mahkota Euro 2020 di Wembley Stadium, Senin (12/07/2021) WIB.
Pada laga dini hari tadi, Inggris sempat memberikan angin segar sejak 30 Juli 1966 silam ketika Luke Shaw berhasil menceploskan bola ke gawang rival saat pertandingan baru berusia dua menit.
Tak mau dipermalukan tim tuan rumah, Italia yang tak terkalahkan dalam 33 pertandingan sebelum final, perlahan-lahan kembali ke ritme permainan. Alhasil, Gli Azzurri sukses menyamakan kedudukan pada menit ke-67 ketika Leonardo Bonucci berhasil memanfaatkan kemelut di depan gawang Jordan Pickford, hasil tendangan pojok. Kedudukan 1-1 pun bertahan hingga babak kedua usai dan laga harus dilanjutkan lewat perpanjangan waktu.
Setelah perpanjangan waktu cukup menegangkan dan gagal menemukan pemenang, Manajer Tim Nasional (Timnas) Inggris Gareth Southgate bersama skuatnya yang berlaga dengan gelombang harapan dan emosi tinggi, harus menerima kekecewaan kalah dalam adu penalti. Inggris harus kehilangan tiga peluang dari lima penalti mereka.
Tendangan Marcus Rashford membentur tiang gawang. Di kubu rival, kiper Gianluigi Donnarumma berhasil menggagalkan eksekusi Jadon Sancho. Demikian pula tendangan pemain Arsenal, Bukayo Saka juga berhasil dimentahkan kiper pemilik tinggi badan 1,96 meter itu.
Atas kekalahan menyakitkan di depan publik sendiri, Saka yang baru berusia 19 tahun, bahkan sampai menangis. Ia pun dihibur beberapa rekan setim dan manajernya. Namun, tak ada penghiburan nyata bagi para pemain atau para fans yang berharap kemenangan di Wembley.
Pickford yang tampil heroik dengan menyelamatkan dua penalti juga tak kuasa menahan air matanya setelah nasib Inggris disegel. Baik Southgate maupun para anak asuhnya tak bisa menyembunyikan penderitaan ketika mereka mendapat tepuk tangan simpatik dari para fans. Wajar, The Three Lions bermain dengan kepercayaan diri tinggidan berharap keluar dari Wembley memboyong trofi impian.
Melansir BBC, sebelumnya, Inggris juga nyaris menyabet trofi juara ketika mereka sukses menembus semifinal Piala Dunia di Moskow pada 2018. Kekalahan ini tentunya membuat kekecewaan semakin dalam bagi skuat Tiga Singa setelah mereka membuat kemajuan mulus melenggang ke final Euro 2020. (and)
(and_)