Serba serbi

Pancaroba, Waspadai Demam Berdarah dan Leptospirosis

Kesehatan

23 November 2021 17:41 WIB

Ilustrasi nyamuk penyebab DBD (Foto: RS Yarsi)

SEMARANG, solotrust.com – Masyarakat diminta waspadai penyakit demam berdarah saat pergantian musim. Pasalnya, hingga triwulan III (Januari – September) 2021, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Tengah (Jateng) mencapai 2.170 kasus dengan 56 orang di antaranya meninggal dunia.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Irma Makiah mengatakan telah melakukan langkah strategis demi mengantisipasi DBD yakni dengan menyelenggarakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan di 35 kabupaten/kota.



Koordinasi tersebut bertujuan untuk memantapkan strategi pengendalian penyakit terutama penyakit tular vektor dan zoonosis (penyakit yang dibawa oleh hewan).

“Kesiapsiagaan dari logistik baik dari provinsi maupun dari kabupaten atau kota. Kemudian pemberdayaan masyarakat untuk ikut menanggulangi vektor nyamuk atau tikus. Lalu, untuk kader juru pemantau jentik (Jumantik) termasuk di tingkat sekolah, karena PTM sudah mulai berjalan. Itu perlu koordinasi lintas sektor,” ujarnya saat dihubungi oleh Humas Jateng, Senin (22/11).

Ia menambahkan, demi mencegah DBD masyarakat disarankan untuk melakukan pola hidup sehat dan aktivitas 3M yakni menguras, menutup tampungan air, dan mengubur barang yang berpotensi menampung air.

Jika menemukan gejala DBD seperti demam, mual, pusing, nyeri perut, Irma menjelaskan bahwa masyarakat dapat segera memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat. Terkait fogging, ia menyampaikan pelaksanaan fogging mandiri harus berkoordinasi dengan puskesmas setempat untuk melihat apakah fogging tersebut sudah berizin.

Selain waspada terhadap penyakit DBD, Irma juga meminta masyarakat mewaspadai leptospirosis saat intensitas hujan meningkat. Hingga September 2021, tercatat ada 184 kasus dengan kematian mencapai 35 kasus dari 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

“Leptospirosis ini terjadi jika orang kontak dengan cairan, atau kotoran dari hewan pembawa bakteri Leptospira interroganssalah satunya tikus. Kalau terkena mukosa atau luka bisa tertular. Gejalanya itu demam, mata merah, ikterik (warna kuning pada kulit). Jika terlambat penanganan bisa terjadi gagal ginjal, dan menyebabkan kematian,” paparnya.

Irma mengungkapkan masa inkubasi penyakit ini cukup singkat. Jika terpapar, dalam kurun waktu 7-10 hari penyakit bisa mengalami perburukan jika tidak segera diobati. Oleh karenanya, masyarakat disarankan segera melapor ke Puskesmas apabila ada kasus leptospirosis di lingkungan sekitar.

Mengenai pencegahan, dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan faktor risiko leptospirosis.

Lanjutnya, leptospirosis rentan menular melalui genangan air, banjir, daerah dengan populasi tikus tinggi, kebun dan pertanian. (paramitha)

()