SOLO, solotrust.com – Kampung Muhajidin, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, ditetapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bersama TNI dan Polri, sebagai salah satu Kampung Pancasila pada Rabu (23/3).
Peresmian Kampung Pancasila di Mutihan ini diwarnai dengan 5 kali pukulan gong, pewarnaan mural bergambar umat lintas agama, pekikan “Salam Pancasila”, serta keramahan warga setempat dalam menyambut para tamu yang hadir di acara tersebut.
Bukan tanpa alasan kampung ini dipilih sebagai Kampung Pancasila yang kedepannya diharapkan menjadi percontohan kampung lain, hal itu tak lepas dari kerukunan umat lintas agama di sana.
Pun dengan jarak antar tempat ibadah yang jaraknya tak jauh dari 1 kilometer. Seperti Pura Indra Prasta dengan Masjid Muhajidin yang hanya berjarak 180 meter, Pura Indra Prasta dengan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Mutihan 650 meter, dan Masjid Muhajidin dengan GBIS Mutihan 450.
Kendati demikian, alih-alih memunculkan konflik, menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Solo, IDA Bagus Komang Sarnawa, selama ini umat beragama di sana terbiasa untuk saling gotong-royong.
Ia mencontohkan, tatkala umat seagamanya mengadakan acara hari raya di Pura Indra Prasta, pihak Masjid Muhajidin sering meminjamkan lahannya sebagai tempat parkir. Sebaliknya, pihaknya juga mempersilakan umat Muslim untuk mengadakan acara halal-bihalal tak jauh dari Pura Indra Prasta.
“Gotong-royong. Sudah terwujud di sini, kalau kita hari raya orang-orang kampung parkir di tempat masjid diperbolehkan oleh takmir masjid, dan dijaga umat yang lain,” terangnya kepada rekan media Rabu (23/3).
“kita mungkin mengadakan kegiatan-kegiatan Ramadan di sini, halal bihalal ya di depan itu,” katanya sambil menunjuk jalan di depan pura.
Komang menyatakan, pihaknya juga memperbolehkan masyarakat umum untuk menggunakan Pura Indra Prasta sebagai tempat pertemuan, asal tidak melanggar batas-batas norma agamanya.
“Kami mempersilakan itu jadi balai pertemuan kampung, kalau orang pakai hajat, boleh dipakai. Tapi ada batas-batas kalau misalnya datang bulan tidak boleh masuk dan sebagainya,”
Hal serupa disampaikan Takmir Masjid Muhajidin, Haryoto, bahwa pihaknya senantiasa berkoordinasi dengan umat agama lain, untuk saling sama-sama menjaga kenyamanan.
“Pura itu kan hidup di lingkungan mayoritas muslim, kita warga yang muslim tentunya koordinasi dengan pihak pura, gereja, agar nanti kegiatan yang sifatnya semua bisa menyekuyung, sinergi, karena kita bisa hidup rukun dan damai, walaupun secara keyakinan beda, “ terangnya. (dks)
(zend)