Pend & Budaya

Sistem Zonasi, SDN Sriwedari Solo Cuma Punya 1 Murid Baru

Pend & Budaya

7 Juli 2022 15:04 WIB

SDN Sriwedari, Laweyan, Solo yang hanya memiliki satu pendaftar baru di PPDB 2022. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Berada di jantung kota tak menjadi jaminan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sriwedari, Laweyan, Solo untuk memiliki banyak pendaftar. Hingga Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2022 ditutup, sekolah tersebut hanya memiliki satu murid baru.

Sebenarnya, sekolah tersebut memiliki 3 orang pendaftar. 2 pendaftar lain menjadikan sekolah itu sebagai pilihan kedua, sedangkan satunya menjadikan SDN Sriwedari sebagai pilihan utama. Sehingga hanya 1 pendaftar yang dipastikan akan menjadi murid SD itu.



Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Sriwedari Bambang Suryo Riyadi menuturkan situasi kekurangan murid ini sudah berlangsung lama. Namun dengan adanya sistem zonasi sekolah tersebut semakin kesulitan mendapatkan pendaftar baru.

Ia menilai, faktor demografi daerah sekitar yang minim perkampungan menjadi faktor utama. Terlebih, kawasan tersebut lebih banyak dihuni perhotelan, perkantoran, hingga fasilitas umum seperti Stadion R Maladi Sriwedari dan Gelanggang Olahraga (GOR) Sritex.

"Di sini walaupun di tengah kota tetapi pemukimannnya minim, karena di sini kan lingkungannya perhotelan, ruko, Gor, jadi jarang penduduknya. Banyaknya kan menengah ke atas, mereka lebih memilih ke swasta," ujarnya ditemui Solotrust.com, Kamis (7/7).

Padahal, SDN Sriwedari menjadi satu-satunya sekolah negeri di Kelurahan Sriwedari. Pada PPDB kali ini zonasi SDN Sriwedari mencakup Kelurahan Sriwedari dan Panularan.

"Mungkin beberapa orang tua juga memilih (swasta) yang lebih dekat, yang di sebelah utara sana meskipun masuk Sriwedari nyarinya yang lebih dekat," tuturnya.

Selain faktor demografi, Bambang menilai kekurangan murid ini juga dipengaruhi faktor fasilitas sekolah yang kurang memadahi. Ditambah dengan beberapa rusaknya infrastruktur kelas hingga musala.

Dikatakan, kerusakan itu sudah ditinjau Dinas Pendidikan (Disdik) setempat, namun belum kunjung diperbaiki.

Opsi selanjutnya, rencanannya sekolah itu akan di-regrouping alias digabung dengan sekolah lain.

"Banyak di kelas yang atapnya bocor, lapuk, bahkan musala juga atapnya sudah roboh, rumah penjaga juga sudah bisa ditempati, di sini juga nggak ada penjaga," katanya.

"Meninjau (Dinas) di sini sudah, dan juga rencana mah di-regrouping," imbuhnya.

Ia juga menilai faktor wacana regrouping yang membuat orang tua enggan mendaftarkan anaknya ke SDN Sriwedari, lantaran khawatir dipindah di tengah jalan.

"Rencana mau di-regrouping, otomatis masyarakat khawatir nanti pindah," ucapnya.

Sementara itu, SDN Sriwedari terus mengalami penurunan siswa di mana hanya memiliki 2 siswa kelas I (pendaftar baru dan tinggal kelas), kelas II 4 siswa, kelas III 3 orang, Kelas IV 8 siswa, kelas V 17 siswa, dan kelas VI 11 siswa.

Meski kekurangan murid, sekolah tetap akan memberi kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti biasa.

"3 ke sini itu sudah kekurangan, kalau pembelajaran seperti biasa," jelasnya.

Demikian Bambang tak mau sepenuhnya menyalahkan zonasi sebagai faktor kekurangan murid. Diakuinya, tanpa zonasi pun sekolahnya tetap kesulitan mencari pendaftar. Baginya wacana regrouping menjadi rencana paling masuk akal. Namun rencana itu memerlukan kajian lanjutan.

"Tidak zonasi pun kesulitan seperti yang saya bilang tadi. Rencana mau regrouping tetapi belum tahu kapan. Nanti keputusan di dinas," tukasnya. (dks)

(zend)