Pend & Budaya

Kelas Virtual Pasar Kliwon Solo Masih Dikeluhkan Orang Tua Peserta Didik

Pend & Budaya

6 Juli 2022 11:35 WIB

Sosialisasi kelas virtual peserts didik dan orang tua di Kantor Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Selasa (5/7) siang. (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Kecamatan Pasar Kliwon memberikan kuota sebanyak 36 peserta didik yang tak tertampung sistem zonasi untuk mengikuti kelas virtual di SMAN 2 Solo yang terletak di Kecamatan Banjarsari.

Kelas virtual ini diberikan sebab tak ada SMA negeri di Kecamatan Pasar Kliwon. Sehingga banyak anak yang tak lolos SMA negeri lewat sistem zonasi.



Ini bukan kali pertama kali Kecamatan Pasar Kliwon memberi kuota kelas virtual. Demikian masih banyak orang tua yang mengeluhkan solusi ini.

Warga Kampung Baluwarti, Pasar Kliwon Solo Suyamto Raharjo mengeluhkan masalah kelas virtual yang membelakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ia mengkhawatirkan kelas virtual akan mengurangi mutu belajar anak.

Ia menilai mayoritas orang tua dan anak tak keberatan jika harus menempuh jarak ke sekolah di kecamatan lain dalam hal ini SMAN 2 Solo. Suyamto meminta dinas terkait memberikan kuota khusus.

"Kita sebenarnya minta zonasi khusus yang bisa menampung anak-anak kita turut serta menikmati fasilitas dari pemerintrah (sekolah negeri). Setelah kita audiensi ke seluruh wali (murid) tadi kalau cuma ngantar dari Pasar Kliwon ke SMAN 2 sanggup, tidak ada masalah," ujarnya kepada sejumlah awak pers usai sosialisasi kelas virtual di Kantor Kecamatan Pasar Kliwon, Selasa (5/7) siang.

Baginya sekolah virtual masih dapat dijalankan. Terlebih saat pandemi modul belajar ini tetap dapat berlangsung. Hanya kini menurutnya kelas virtual sudah tak relevan di musim Covid-19 menuju endemi ini.

"Virtual itu kenyataan masih bisa jalan pada saat Covid-19. Tapi pada saat ini kan sudah endemi sudah tidak ada urgensinya untuk virtual," ucapnya.

Ia meminta pemerintah segera memberi solusi terkait keluhan tersebut. Terlebih memilih sekolah swasta sebagai solusi atas terlemparnya peserta didik Pasar Kliwon dari bursa penerimaan sekolah negeri memerlukan banyak pertimbangan. Salah satunya terkait biaya swasta yang menurutnya tak lebih terjangkau dari sekolah negeri.

"Sementara ini belum (daftar sekolah swasta) karena memang swasta juga regulasinya berbeda, yang kedua pasti biayanya akan lebih mahal," terang Suyamto.

Hal sama diungkapkan warga Kampung Kauman, Pasar Kliwon, Permata Nanda Afis yang masih mempertanyakan kualitas pengajaran kelas virtual. Termasuk sosialisasi yang diberikan pihak kecamatan menururutnya belum memberi gambaran pasti.

"Kami mempertanyakan mutu pendidikan karena tidak adanya sekolah di forum ini maka adakah jaminan terkait kesetaraan mutu pendidikan kelas virtual maupun non virtual? Teman-teman yang sudah sekolah virtual sejak tahun lalu nggak ada di sini, orang tua juga yang anaknya sekolah virtual (tahun lalu) nggak dihadirkan di sini jadi kami gimana mau ada gambaran nggak tahu reviewnya terkait metode pembelajaran," ujarnya.

Ia mengkhawatirkan anak-anak yang mengikuti kelas virtual tak mendapat pelayanan yang sama dengan peserta didik PTM.

"Usia anak-anak SMA menuju ke 17 tahun masa mencari jati diri kalau sekolah bisa lewat organisasi sosialisasi ekstrakulikuler, MOS. Lalu kalau virtual bagaimana untuk kepercayaan dirinya," tuturnya.

Anggota Komisi 4 DPRD Solo Ekya Sih Hananto mengungkapkan sejauh ini memang masih banyak orang tua yang mengeluhkan sistem kelas virtual sebagai solusi atas sistem zonasi ini. Terutama terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dijadikan modul utama kelas virtual.

Pihaknya pun mengupayakan akan memperjuangkan agar peserta didik kelas virtual tetap dapat mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM).

"Kalau virtual full satu bulan sampai 3 tahun kan menjemukan, terus kuotanya [internet] banyak mahal di kuota, maka usulan ada virtual, yang satu minggu ini ada tatap muka kendalanya nggak punya kelas di SMAN 2," jelasnya.

"Mungkin kita akan pertimbangkan untuk diusulkan ke Dinas dan Pak Gubernur untuk ada tatap muka ra ketang (setidaknya) satu minggu, saya sudah koordinasi dengan Wawali (Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa), di sini ada lahan SD yang tidak berfungsi, kemudian SD Wiropaten ada dua kelas di sana yang masih bagus banguannya, jadi minimal virtualnya ra full 100 persen virtual," imbuhnya.

Untuk solusi jangka panjang, pihaknya juga mengupayakan pembangunan sekolah baru di Pasar Kliwon. Opsi paling masuk akal, akan dibangun gedung baru SMAN 2 Solo di kawasan Pasar Kliwon.

Usulan itu sebenarnya sudah lama ada. Namun belum terealisasi hingga kini. Ditargetkan, pembangunan akan terlaksana tahun depan dengan opsi lahan di Lapangan Kenteng, Mojo, Pasar Kliwon.

"Siap dibangun SMAN 2 di sini (Pasar Kliwon), pemkot waktu itu Pak Rudy (Mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo) dan DPRD sudah memberikan sebagian lahan HP01 diberikan ke SMAN 2 seluas 3 ribu meter, tetapi sampai saat ini belum ada proses pembangunannya. Alasannya dari provinsi standar SMA itu 4 ribu sekian, makanya ini menjadi tarik ulur lagi," terang Ekya.

"Ada beberapa solusi dan alternatif, usulan dari Pak Rudy tahun 2023 yang tidak ada masalah [untuk bisa] segera dibangun itu tanah Lapangan Kenteng itu kan luas 7 ribu meter, itu segera dibangun 2023. Kalau [opsi lain] Pasar Ayam [Semanggi] masih ada problem harus dipindah dan lain sebagainya, harapan kami sesegara saja diselesaikan atau ada alternatif lain," tukasnya. (dks)

(zend)

Berita Terkait

Berita Lainnya