SOLO, solotrust.com - Pengerjaan pengantian pelat lantai ortortopik Jembatan Mojo akan berimbas pada penutupan total yang dijadwalkan pada 20 September nanti. Sedianya, pengantian pelat lantai itu masih memungkinan pembukaan satu sisi jembatan untuk dilewati kendaraan roda dua.
Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Solo Joko Supriyanto menjelaskan, penutupan ini dilakukan demi mempertimbangkan faktor keselamatan pekerja dan pengguna jalan. Nantinya, satu sisi jembatan hanya menyisakan ruas jalan 3,4 meter saja selama pengerjaan.
"Salah satu pertimbangannya adalah memang kondisi dari pelat lantai yang saat ini kalau nanti kita pakai untuk lajur dipakai kendaraan hanya 3,4 meter itu dipakai dua arah, dengan mempertimbangkan keselamatan baik pengguna jalan maupun pekerja," ujarnya ditemui di kantornya, Kamis (25/8) kemarin.
Terlebih, jika sesuai rencana awal tak ditutup total, beban jembatan akan semakin berat lantaran satu ruas itu akan dipakai dua lajur. Sehingga pihaknya bersama Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota (Saltalntas Polresta) Solo memutuskan penutupan total.
"Yang kedua faktanya struktur baja pelat tulang lantainya kalau dipakai untuk lajur kendaraan —walaupun hanya kendaraan bermotor— bebannya juga menjadi tinggi dibanding dengan sekarang, " paparnya.
Penutupan ini sudah dikonsultasikan dengan Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan).
"Sehingga waktu awal kami merencanakan masih ada bukaan untuk kendaraan roda dua, kami sudah berkonsultasi dengan Pusjatan juga bisa memahami kalau memang ini nanti tutup total," ujarnya.
Pemkot Solo akan mengadakan rapat pekan depan dengan pembina jalan kabupaten sekitar, terutama Sukoharjo dan Karanganyar terkait penutupan total itu.
"Rencana kami Senin/Selasa kami mengundang pembina jalan di Kabupaten Sukoharjo dan juga Kabupaten Karanganyar untuk kami sampaikan," tambahnya.
Penutupan total akan dilakukan selama pengerjaan tahap 3 pembongkaran pelat lantai Jembatan Mojo. Proyek direncanakan akan selesai awal Desember nanti dan penutupan rencananya dilakukan September hingga akhir November.
"Sampai target kami akhir kontrak sekitar Desember, sehingga tadi para pembina jalan sepakat sampai akhir November penutupan, dengan berbagai pertimbangan," tegasnya.
Tegaskan pengerjaan mesti dikebut
Proyek jembatan ini dikerjakan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jateng Rp22 miliar dan APBD Solo pendampingan fisik Rp8 miliar Tahun Anggaran Tunggal 2022. Ia meminta kontraktor melakukan percepatan pengerjaan proyek.
Joko mengatakan, proyek itu mesti dikerjakan sesuai kontrak kendati diprediksi proyek berlangsung memasuki awal musim penghujan.
Ia juga meminta masyarakat memahami kondisi kemacetan yang kemungkinan terjadi. Terlebih, proyek ini dikerjakan hampir bersamaan dengan proyek pembongkaran Jembatan Jurug B 5 September nanti yang dilakukan Kementerian PUPR.
"Kami memohon kepada masyarakat dan pengguna jalan untuk memahami ini puncak-puncak pelambatan, selama dua bulan, semoga kontraktornya bisa mengoptimalkan waktu, kami juga meminta lembur kondisi lapangan kan jauh dari pemukiman di sungai," pintanya.
"Karena kontrak kita beda dengan Jurug, kalau Jurug itu multiyears tahun, kalau ini tahun tunggal. 2022 harus selesai lalu pembayaran transfer dari Pemda ke Pemkot bisa dilaksanakan. Metode apapun yang dilaksanakan kontraktor, hujan tidak bisa dipakai alasan pengerjaan tertunda. Saat ini teknis pengerjaan saat hujan kan sudah banyak," tambahnya.
Sementara itu, proyek saat ini sudah berjalan on-track dengan pemesanan pelat baja dari kontraktor ke sub-kontraktor serta pengencangan baut di jembatan.
"Kami akan bergerak cepat karena waktu sudah tidak kurang dari satu bulan, perihal menyampaikan rambu-rambu perihal penutupan," pungkasnya.
Diperkirakan pengalihan arus lalu lintas bakal terjadi selama pengerjaan ini. Jembatan Bacem dan Jembatan Jurug C menjadi dua kemungkinan jalur alternatif dari penutupan jembatan. (dks)
(zend)