Hard News

Jayengan Kampung Permata, Pemaksimalan Potensi Perhiasan di Kota Solo

Jateng & DIY

19 September 2022 23:31 WIB

Plang masuk Kampung Jayengan, Serengan, Solo. (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Permata menjadi bagian penting dalam catatan perjalanan kehidupan bermasyarakat di Kelurahan Jayengan, Serengan, Solo. Sejak akhir 1800-an hingga awal 1900-an, warga Banjar mulai bermukim di Jayengan untuk memenuhi permintaan raja Keraton Kasunanan Solo kala itu.

Sejak saat itu, warga Banjar bekerja sama dengan masyarakat etnis Tionghoa dalam membuat perhiasan. Masyarakat Banjar membawa berlian dan kerap menyuplai emas dari saudagar Tionghoa. Selama memenuhi keperluan perhiasan keraton, warga etnis juga menetap lama dan akhirnya melakukan perkawinan dengan etnis Jawa maupun Tionghoa.



Sejak saat itu, muncul istilah Jarwana alias Banjar, Jawa, dan Tionghoa untuk menyatukan perbedaan ketiganya.

Sementara itu, permata menjadi warisan leluhur masyarakat Banjar terus dilestarikan hingga kini. Salah satunya lewat pencanangan kawasan wisata Jayengan Kampung Permata (JKP) 2015 silam oleh pemerintah setempat, setelah melalui penelitian Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) setahun sebelumnya.

Lewat pencanangan itu pula terbentuk Forum JKP (FJKP) untuk menaungi perajin-perajin permata, emas, dan perhiasan lainnya.

Ketua FJKP, Yusuf Ahmad Al Katiri, mengatakan organisasinya lahir sekira tujuh tahun silam.

"FJKP lahir 18 Oktober 2015, itu hasil pendampingan dari UNS dan UMS. FJKP hasil penelitian dari kedua universitas itu bahwasanya di Jayengan ini ada potensi yang bisa dikembangkan," kata dia, saat ditemui solotrust.com, Senin (19/09/2022).

Menurut Yusuf Ahmad Al Katiri, FJKP hadir untuk memaksimalkan potensi perhiasan dari Kota Solo, sebagaimana potensi batik di Kelurahan Kauman dan Laweyan.

"Selain Batik Laweyan, Batik Kauman, dan UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) lainnya. Kami istilahnya menjadi andalan Kota Solo setiap ada momen-momen pameran kami selalu diminta mewakili Solo," tambahnya.

Ahmad Al Katiri mengungkapkan, lewat FJKP pihaknya menaungi sebanyak 350 lebih perajin perhiasan dan 4 ribu masyarakat berkecimpung di dunia tersebut. Tak hanya warga Jayengan, FJKP juga menaungi perajin dan penguasa perhiasan di Soloraya.

FJKP juga terus melakukan pengembangan agar mampu bersaing dalam dunia perhiasan, baik di kancah lokal maupun internasional.

"Ya kita berusaha agar tidak ketinggalan dengan produk-produk impor, ya. Ini yang membedakan produk impor dan lokal, bersaing handmade, tetapi kualitas tidak kalah dengan produk pabrikan. Produk di JKP ini kami punya microsetting, barang yang dipasang, rapi, simetris, dan kuat, akhirnya produk kami tidak kalah, tetapi harganya jauh lebih murah bisa tiga kali lipat lebih murah," ungkapnya. (dks)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya