Hard News

Kemacetan Imbas Penutupan Jembatan Jurug dan Mojo: Dua Waktu dan Dua Karakteristik

Jateng & DIY

27 September 2022 19:00 WIB

Kepadatan lalu lintas di timur Jembatan Jurug C atau dari Karanganyar menuju Solo pada Senin (26/9) kemarin. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Penutupan Jembatan Jurug A dan B pekan lalu dan Jembatan Mojo sejak Senin (26/9) menimbulkan kemacetan di sejumlah titik Kota Solo. Dinas Perhubungan (Dishub) Solo mencatat, kemacetan kerap terjadi di pagi hari jam berangkat kerja serta sore hari jam pulang pekerja.

Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dishub Solo, Ari Wibowo menyebut, kemacetan dua waktu itu memiliki karakteristik berbeda. Kemacetan di pagi hari didominasi kendaraan yang hendak melintas ke dalam Kota Solo. Sebaliknya, pada sore hari kemacetan didominasi kendaraan yang akan keluar kota.



"Kepadatan pada saat pagi sama sore dengan karakteristik berkebalikan," katanya dihubungi Solotrust.com, Selasa (27/9) sore.

Ia mengungkapkan, beberapa titik menjadi langganan kemacetan. Dari Jurug, beberapa titik itu di antaranya, sekitaran Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), simpang Sekarpace, Pedaringan, hingga Jonasan.

Sebaliknya, dari arah selatan kemacetan Kota Solo mulai terjadi di kawasan Gading, Joyotakan, hingga Gemblegan.

Untuk mengantisipasi itu, pihaknya menerapkan penyesuaian waktu traffic light untuk mengurai kemacetan. Dishub juga menerjukan 15 personel di masing-masing titik pada jam rawan kepadatan lalu lintas.

"Jadi kita optimalkan pertama traffic light. Jadi masyarakat jangan kaget ketika sedikit lama di traffic light," bebernya.

Terkait hal itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk segera menentukan skenario lalu lintas. Selama penutupan, Dishub Solo mengalihkan kendaraan ke Jembatan Jurug C, Jembatan Bacem, Ringroad, dan tol.

"Masyarakat kami imbau segera menentukan rute perjalanan karena mungkin beberapa hari ini masih bingung, panik. Dalam satu dua hari dia masih mencoba alternatif. Diharapkan masyarakat segera menetapkannya," ujarnya.

Ia juga meminta masyarakat mengurangi kendaraan-kendaraan besar. Selain itu, diharapkan masyarakat menghindari kawasan itu selain untuk kepentingan mendesak.

"Evaluasi management maksud perjalannnya, kalau memang tidak ada kepentingan ke kawasan terdampak mungkin mengurungkan niat transportasi ke sana," tuturnya.

Sementara itu, pihaknya bersama kepolisan serta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUR) terus berkoordinasi dan akan terus mengevaluasi jalannya rekayasa lalu lintas.

"Jadi gini, evaluasi kami melakukan beberapa tahap, di lapangan koordinasi dengan kepolisian maupun dengan DPUPR. Kedua kami juga punya WA, ketiga proyek besar itu (Jurug, Joglo, dan Mojo) dijadikan satu grup jadi saling menginformasikan. Bukan hanya Solo, bahkan traffic light di Jalan Ciu (Sukoharjo) itu juga menjadi sorotan, seperti itu," paparnya.

"Langkah-langkah apa saja yang mesti dilakukan pihak terkait, solusi apa, juga disampaikan di sana, jadi memudahkan, " jelasnya. (dks)

(zend)