Hard News

Pohon Cinta Pasoepati dan Bonek, Simbol Perdamaian Kini Sudah Tumbuh 8 Meter

Jateng & DIY

7 Oktober 2022 09:59 WIB

Pohon Cinta Pasoepati dan Bonek di Museum Pasoepati Jalan Kolonel Sugiyono, Nayu, Banjarsari, simbol perdamaian yang ditanam Januari 2011 silam dan kini sudah tumbuh tinggi. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - 11 tahun silam, sebuah rumah yang terletak di Jalan Kolonel Sugiyono, Nayu, Banjarsari, Solo menjadi saksi perdamaian suporter Persis Solo Pasoepati dengan suporter Persebaya Surabaya Bonek Mania. Rumah itu ialah Titik Nol Pasoepati atau kini menjadi Museum Pasoepati. Di tempat itu ditanam Pohon Cinta Pasoepati dan Bonek.

Semua berawal dari keinginan kedua pihak suporter untuk mengakhiri permusuhan. Pada 2010 lalu sempat terjadi tragedi perang batu antara warga Solo dengan Bonek yang saat itu hendak away ke Bandung. Mereka melempari kereta api yang ditumpangi Bonek dengan batu.



Lantaran keinginan untuk berdamai yang besar, kedua suporter itu kemudian melepaskan ego dan menanam pohon sebagai simbol akhir permusuhan. Pohon itu ditanam pada 8 Januari 2011 silam dihadiri beberapa pentolan Bonek dan Pasoepati.


Dokumentasi momen penanaman Pohon Cinta Pasoepati dan Bonek tahun 2011 lalu. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

"Bersyukur kami tahun 2011 ada perwakilan Bonek ke Solo, pada saat tanggal 8 Januari ke mari datang 10-an orang, akhirnya saya bikin sejarah menanam Pohon Cinta Pasoepati dan Bonek," kata pendiri Pasoepati Mayor Haristanto, Kamis (6/10).

Diakui Mayor, kala itu tak mudah untuk benar-benar mengakhiri permusuhan. Namun perlahan perdamaian itu benar-benar nyata seiring dengan waktu dan tumbuhnya pohon tersebut. Pohon cinta itu kini bahkan tumbuh hingga setinggi 8 meter-an.

"Saat itu memang pro-kontra, tetapi saya yakin ini usaha baik, pasti akan dimudahkan. Buat apa sih berusuh ria, apa yang didapatkan dengan permusuhan, saya pengin inilah kita lupakan masa lalu lebih baik menatap masa depan kita songsong," ucap Mayor.

Mayor mengungkapkan, pohon yang ditanam itu merupakan sawo Jawa, salah satu jenis flora yang langka saat ini. Ia mengaku, tak berani memotong pohon itu lantaran menyimpan sejarah.

Pohon itu juga kerap menjadi salah satu objek yang disambangi arek-arek Suroboyo acapkali sowan ke Solo. Bahkan, Presiden Persebaya Azrul Ananda juga sempat mengunjungi tempat itu pada tahun ini.

"Dulu masih 17 cm sekarang sudah 8 meter, saya enggak berani motong karena itu pohon yang sangat bersejarah setiap Bonek atau Persebaya ke sini melihat atau tilik," ungkapnya.

Bersamaan dengan Pohon Cinta yang kini sudah berusia 11 tahun, Mayor mengungkapkan, pihaknya senang mendapat kabar perdamaian. Salah satunya yang dilakukan Solofans dan suporter Jogja akhir-akhir ini melakukan pertemuan dan ikrar islah.

"Saya pribadi menunggu 20 tahun kami menunggu selama itu. Saya senang saya bangga, bahwa kita semuanya punya kesadaran bahwa sebaiknya penak seduluran," tuturnya.

Sementara, pertemuan Solo dan Jogja itu dilatarbelakangi Tragedi Kanjuruhan pekan lalu. Di mana keduanya bertemu di Klaten Senin (3/10) dan di Stadion Mandala Krida Yogyakarta Selasa (4/10) dalam aksi solidaritas dan doa bersama. Menurutnya, momentum Kanjuruhan dapat menjadi refleksi agar suporter Indonesia dapat bersatu.

"Mudah-mudahan ini menjadi evaluasi kita semua, momentum itu jangan terulang kembali, sudah cukup di Kanjuruhan," pungkasnya. (dks)

(zend)