Hard News

Jokowi Yakin Indonesia Masuk Daftar Sistem Ekonomi Terbaik di Dunia

Nasional

12 Oktober 2022 16:20 WIB

Presiden Jokowi saat memberikan sambutan di Kongres ke-12 LVRI dan Munas ke-11 PIVERI , Selasa (11/10). (Foto : Youtube Sekretariat Presiden)

JAKARTA, solotrust.com – Presiden RI Joko Widodo kembali mengingatkan ancaman krisis ekonomi global yang saat ini tengah melanda sejumlah negara. Terjadi kelaparan dan kekurangan bahan pangan hampir di seluruh negara di dunia.

Hal tersebut ia ungkapkan saat menghadiri pembukaan kongres ke-12 Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan dan Munas ke-11 Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia (Peviri), di Balai Sarbini Jakarta, Selasa (11/10).



Jokowi mengungkapkan saat ini ada 66 negara yang berada dalam posisi rentan kolaps. Sementara sekitar 345 juta orang di 82 negara menderita krisis pangan. Ada 28 negara yang kini telah mendaftar sebagai penerima bantuan IMF.

Dirinya menegaskan Indonesia patut bersyukur sebab kondisi perekonomian yang masih dapat dikendalikan, terlebih dalam menghadapi krisis pangan.

"Tiga bulan yang lalu, kita baru saja mendapatkan sertifikat dari Internasional Rice Research Institute (IRRI), yang menyatakan sistem ketahanan pangan Indonesia baik," tutur Jokowi.

Dalam masa kepemimpinannya, pembangunan infrastruktur terus digalakan demi meningkatkan daya saing Indonesia dengan negara-negara lain, yakni soal investasi.

"Mungkin awalnya sakit, tapi dalam jangka 5 sampai 10 tahun yang akan datang, akan terlihat manfaat dari adanya pembangunan yang kita lakukan," tukas Jokowi.

Ia yakin Indonesia akan masuk ke dalam negara dengan ekonomi paling besar di dunia. Hal tersebut bisa dicapai jika seluruh pihak tetap menjaga konsistensi dalam mengelola potensi dan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia.

"Target dari yang sudah kita hitung nanti di tahun 2030-an, Indonesia akan masuk nomor 7 GDP yang paling besar dunia dan pada saat Indonesia emas, hitungan kita, kita sudah masuk ke 4 besar atau 5 besar ekonomi dunia, asal konsistensi ini terus kita jaga,” jelasnya.

Jokowi mengingatkan Indonesia mulai saat ini melalui Kebijakan Hilirisasi Industri yang secara konsisten menghentikan ekspor bahan mentah.

Menurutnya, komoditas sumber daya alam Indonesia harus diolah terlebih dahulu menjadi bahan setengah jadi, kemudian baru di ekspor ke luar negeri. Tujuannya ialah meningkatkan harga jual komoditas sumber daya alam Indonesia.

"Konsistensi itu terus kita jaga dan terus kita ingatkan, jangan kembali ke ekspor mentah lagi, hati-hati kita semuanya harus mengingatkan ini. Meskipun sekali lagi, kita digugat tapi kalau kita digugat ragu-ragu dan muncul lagi, kapan lagi kita akan bisa menikmati komoditas-komoditas dan kekayaan alam yang dimiliki oleh negara kita,” tegas Presiden.

Keberhasilan lompatan ekonomi Indonesia juga terlihat sejak akuisisi 51 persen saham PTFI. Selain memperoleh pendapatan yang lebih adil, lapangan pekerjaan juga bisa ditingkatkan. Saat ini 98 persen pekerja Freeport Indonesia adalah orang Indonesia dan sebesar 40 persen berasal dari Tanah Papua.

"Ini adalah tranformasi teknologi, transformasi ekonomi yang kadang-kadang yang kita engga sadar. Kalau ini terus kita lakukan, nilai tambah ekonomi Indonesia akan melompat," ungkapnya.

Jokowi juga menyampaikan sebuah harapan agar generasi muda Bangsa Indonesia lebih berani dan tanpa ragu melakukan pengambilalihan saham perusahaan asing yang mengelola potensi kekayaan alam Indonesia.

"Siapapun nanti pemimpin, presiden negara ini, konsistensi itu harus kita jaga dan terus kita ingatkan. Jangan kembali lagi ke ekspor mentah lagi," tegasnya. (ale)

(zend)