Serba serbi

Faktor Penyebab Bullying pada Anak dan Cara Mencegahnya

Kesehatan

13 Oktober 2022 12:40 WIB

ilustrasi. (Foto: Pixabay/lu94007)

Solotrust.com - Bullying adalah tindakan yang dampaknya tidak main-main untuk tumbuh kembang anak-anak maupun remaja.

Dari sisi pelaku bullying, dr. Ratna Dewi dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Soerojo Magelang, sebagaimana dikabarkan UGM dalam lamannya, berpendapat bahwa pelaku umumnya mengalami kelainan psikis.



Kejadian bullying bisa terjadi akibat tidak adanya tindakan dari orang dewasa dan adanya tempat yang tak terawasi saat perundungan berlangsung.

Umumnya, pelaku memilih korban yang memiliki karakter pasif, sering menyendiri, mudah menangis, kemampuan sosial rendah, pemalu, dan sensitif.

"Korban yang memiliki karakter tampak sedih dan hanya punya teman sedikit serta tidak mampu melindungi diri sendiri juga menjadi sasaran dari pelaku bullying," kata dokter spesialis kejiwaan itu.

Untuk mencegah tindakan bullying, menurut Ratna, perlu menjadi perhatian dari keluarga dan pihak pihak terkait, dalam hal ini adalah sekolah.

"Karena memiliki dampak psikiatrik yang banyak, emosi, fisik, akademik, kepercayaan diri, perilaku koban, psikotik, dan dampak terburuknya adalah bunuh diri," katanya.

Seiring berkembangnya dunia digital saat ini, media sosial ternyata juga bisa menjadi salah satu pemicu perilaku bullying.

Psikolog Sosial dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Koentjoro, menyebutkan media sosial (medsos) bisa memengaruhi perilaku sosial seseorang, termasuk bullying.

"Medsos berpengaruh besar memicu tindakan bullying," kata dia, masih dikabarkan UGM dalam lamannya.

Dia mengatakan penggunaan gadget dan medsos pada anak-anak saat ini kurang begitu terkontrol.

Anak-anak zaman sekarang banyak yang menggunakan media sosial dan bebas menulis status serta komentar. Padahal, mereka belum sepenuhnya mampu menyaring informasi yang didapatkan dari suatu hal.

"Seringnya anak-anak mengumbar kekesalan dan rasa benci terhadap sesuatu atau seseorang tidak lagi secara face to face, tetapi via medsos tanpa adanya kroscek. Hal ini sangat mudah menyulut kemarahan dan kebencian," urainya

Oleh sebab itu, Koentjoro menekankan perlunya kontrol orang tua atau keluarga dalam penggunaan media sosial pada anak dan menggunakannya secara bijak. Tak hanya itu, penanaman nilai-nilai luhur dari orang tua sangat penting dilakukan.

Dia menjelaskan munculnya tindakan bullying salah satunya terjadi akibat kurangnya peran orang tua atau keluarga dalam mendidik anak.

Beragam faktor dalam keluarga menyebabkan anak menjadi pelaku bullying, seperti kurang perhatian orang tua, pola asuh yang terlalu tegas, serta kurang penghargaan orang tua, dan lainnya. 

"Bullying anak ini menunjukkan ada yang salah dengan pendidikan dalam keluarga. Orang tua kurang memberikan penanaman nilai-nilaya budaya lokal dan nilai-nilai untuk memahami orang lain," tandasnya.

Sementara untuk mencegah kembalinya perilaku tidak terpuji itu, Koentjoro menyebutkan pemberian hukuman yang tegas perlu dilakukan terhadap pelaku bullying.

Dengan begitu, bisa memberikan efek jera bagi para pelaku yang disertai pula dengan pembinaan oleh pihak terkait. Tidak kalah pentingnya, menyadarkan orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar.

"Apa yang dilakukan anak itu sebagai akibat dari pola didik orang tua. Perilaku yang salah dalam keluarga harus diperbaiki," jelasnya.

Lalu bagaimana jika anak menjadi korban bullying?

Koentjoro mengatakan pentingnya bagi orang tua korban untuk menunjukkan empati dengan berusaha mendengarkan keluhan anak serta membesarkan hati untuk membangkitkan kepercayaan diri anak. (Lin)

(zend)