BOYOLALI, solotrust.com - Pihak sekolah yang berada di lereng Gunung Merbabu terus melakukan kegiatan guna mengetahui bakat serta kemampuan para siswa dalam program kurikulum merdeka.
Pengawas Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kecamatan Gladaksari Kabupaten Boyolali, Sudarwati mengatakan, saat ini ada dua sekolah masuk dalam sekolah penggerak, yakni SDN 1 Ngagrong dan SDN 2 Kembang Gladaksari.
“Semoga sekolah penggerak ini menjadi percontohan SD lainnya. Di Kecamatan Gladaksari ini baru ada dua sekolah penggerak dari jumlah 19 SD yang ada di kecamatan,” katanya kepada wartawan, Kamis (12/01/2023).
Diutarakan, masing-masing sekolah harus bersinergi dan mau membawa perubahan ke depan dalam bidang pendidikan di Gladaksari.
“SD di kecamatan ini harus mau bersinergi serta mau membawa perubahan ke depan,” ujar Sudarwati.
Kepala SDN 2 Kembang, Mulyadi mengatakan, kegiatan sekolah penggerak berkolaborasi dengan komite sekolah, paguyuban sekolah, karangtaruna, masyarakat, dan tokoh masyarakat sekitar. Sementara dalam kegiatan ini menampilkan karya siswa, seperti halnya seni tari.
“Seni karya yang dihasilkan dari para siswa ini cukup banyak dan menarik semua. Ada topeng ireng, tari Nusantara, rebana, dan masih banyak lagi yang lainnya,” urainya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Setyawan mengatakan, sampai saat ini jumlah sekolah penggerak di Boyolali ada 29. Pihaknya mengapresiasi para kepala sekolah yang sudah masuk pada sekolah penggerak.
“Kami sangat mengapresiasi para kepala sekolah, meski sekolah ini berada di lereng gunung, tapi mereka mau menerima perubahan ke depan,” katanya.
Dijelaskan, kurikulum merdeka ada kemerdekaan sendiri bagi para pendidik, siswa, dan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan.
“Artinya esensi sekolah ini mengembangkan bakat dan minat anak. Jadi guru harus memahami apa minat anak, guru tidak boleh memaksakan keinginan anak,” jelas dia.
Fasilitator sekolah penggerak dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Tengah, Mujianto Paulus mengatakan, kurikulum merdeka ada dua jalur, yakni sekolah penggerak dan bukan lewat sekolah penggerak atau jalur mandiri.
“Jalur sekolah penggerak dipilih berdasarkan kompetensi kepala sekolahnya dan mereka akan mendapat pendampingan selama tiga tahun dari pemerintah,” terangnya.
Kegiatan ini, menurut Mujianto Paulus sangat efektif dalam rangka melayani kebutuhan siswa. Kegiatan ini juga masuk pada proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5).
“Anak betul-betul dibimbing dan dilatih untuk menerapkan kegiatan yang dapat meningkatkan karakter,”pungkasnya. (jaka)
(and_)