SOLO, solotrust.com - Perayaan projek profil pelajar Pancasila bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dilakukan SDN Sondakan yang juga menjadi pelopor sekolah penggerak, Kamis (16/06/2022). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan proses pembelajaran menyenangkan dan bermakna bagi para siswa.
Seperti dilakukan SDN Sondakan, sekolah penggerak pelajar Pancasila mengajarkan nilai-nilai Pancasila ke dalam proses pembelajaran. Sebagaimana visi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang ingin mewujudkan pelajar berkepribadian Pancasila.
Dalam Lampiran Permendikbud No. 22/2020, nilai dari pelajar Pancasila itu sendiri mempunyai enam karakter, di antaranya beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.
Projek ini merupakan program dilaksanakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum baru, yakni Kurikulum Operasional Sekolah (KOS) dan juga implementasi dari profil pelajar Pancasila.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo, Hendi dalam sambutannya mengatakan di Kota Solo sendiri saat ini telah ada 20 sekolah dasar ditetapkan sebagai sekolah penggerak dan SDN Sondakan menjadi pelopornya.
"Di Kota Surakarta (Solo) ini ada 20 sekolah dasar yang ditetapkan sebagai sekolah penggerak dan salah satunya adalah SDN Sondakan," kata dia.
Tema diusung SDN Sondakan kali ini adalah 'Kearifan Lokal dan Kewirausahaan', di mana siswa mempresentasikan hasil karya mereka berupa batik dan juga hasil kebun yang ada di halaman sekolah, yakni lidah buaya serta bunga telang.
SDN Sondakan memilih batik sebagai fokus dari tema perayaan ini lantaran lokasi sekolah berada di lingkungan kampung batik Laweyan. Diharapkan perayaan ini juga sekaligus dapat mengangkat budaya lokal, terutama batik di Kota Solo.
Sementara itu, Kepala SDN Sondakan, Prapti Handayani, mengungkapkan rangkaian dari projek selama satu semester dipilih satu tema.
"Semester I adalah kearifan lokal. Kami mengajak anak-anak untuk mencintai dan bisa membuat batik karena sekolah kami itu kan ada di lingkungan kampung batik. Semester II itu kewirausahaan dimulai dari dia menanam, merawat, memanen sampai mengolah menjadi nata de lidah buaya, de telang, cendol lidah buaya," urainya.
Prapti Handayani juga menjelaskan bagi sekolah penggerak, salah satunya seperti SDN Sondakan ini, kurikulum operasional sekolah memiliki sasaran aktif, yakni siswa kelas satu dan empat untuk tahun ajaran 2021/2022 dan seterusnya akan diterapkan pada siswa kelas satu, dua, empat, dan lima.
Tujuan dari projek ini adalah untuk mewujudkan proses pembelajaran bermakna bagi anak. Dengan adanya projek ini diharapkan sekolah dapat memfasilitasi serta mewadahi kebutuhan dan bakat sesuai minat anak. Dengan begitu harapannya siswa merasa nyaman dan betah melaksanakan pembelajaran di sekolah.
"Pembelajaran harus berpusat ke siswa, sehingga pembelajaran itu menjadi bermakna. Kalau pembelajaran itu bermakna, anak-anak menjadi senang karena metode yang digunakan itu metode eksperimen, inovasi, tidak hanya di dalam kelas, mereka diajak keluar kelas," papar Prapti Handayani.
"Kemudian lingkungan sekolah ini kami jadikan sebagai taman belajar, sumber belajar anak-anak sesuai kebutuhan dan minat siswa," tambahnya. (astn/almi)
(and_)