BOYOLALI, solotrust.com - Langit di atas Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Boyolali pada Selasa (31/01/2023) siang nampak diselimuti mendung pekat. Warga setempat pun mulai mengurangi aktivitas di luar rumah.
Saat melintas di Dukuh Bulu, Desa Tegalgiri terlihat sejumlah orang melakukan aktivitasnya di teras rumah dengan suara kencang, seperti sedang mengasah benda berupa besi atau pun tembaga.
Setelah dihampiri, dua pria paruh baya nampak sedang mengerjakan gamelan lusuh dengan alat mesin gerinda. Sementara sejumlah orang lainnya terlihat sedang mencoba gamelan yang sudah diperbaiki.
Di sela-sela aktivitas itu, seorang pria berperawakan kecil dan berambut gondrong terlihat menghampiri para pekerja dan memberikan arahan tata cara memperbaiki alat musik tradisional gamelan.
Banyaknya tumpukan berbagai alat musik tradisional di teras rumah, sang pemilik sepertinya memang bergelut di bisnis jual beli gamelan.
“Saya selain sebagai seniman wayang kulit, sekaligus melakukan jual beli musik gamelan. Jual beli gamelan ini hikmah dari pandemi Covid-19 tahun kemarin,” kata Ki Dalang Gondo Wartoyo saat ditemui di rumahnya baru baru ini.
Diakui, saat pandemi Covid-19, para seniman, termasuk dirinya merasa kebingungan untuk mendapatkan rezeki dari permintaan pertunjukan wayang kulit.
“Pada waktu itu, kami berpikir. Menunggu tanggapan (permintaan pertunjukan-red) tidak ada karena pandemi. Saya pun punya gagasan lain dengan cara iseng-iseng memperbaiki gamelan. Setelah sudah bagus saya jual melalui online hingga sekarang ini,” beber pria berambut gondrong itu.
Selama menjalani bisnis jual beli gamelan kini ekonomi keluarga Ki Dalang Gondo Wartoyo kembali normal.
“Kami sangat bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena selama ini telah memberikan rezeki terhadap keluarga saya. Lewat gamelan ini ekonomi keluarga kembali normal dan kini bisa bernapas lega, meski belum sesempurna yang diharapkan,” ucap dia.
Sampai saat ini, pesanan gamelan datang dari berbagai daerah, mulai dari wilayah Soloraya, Jawa Timur, Jawa Barat, luar Jawa, bahkan mancanegara seperti Malaysia.
“Alhamdulilah berkat doa teman teman semuanya penjualan gamelan kami banyak pesanan dari luar Jawa sekarang. Kalau awal-awal dulu sehabis pandemi hanya wilayah Jawa saja. Sekarang, saya bahkan sempat dapat pesanan dari Malaysia, permintaan kampus di sana,” kata dalang humoris itu.
Selama bisnis jual beli gamelan, kini omzet Ki Dalang Gondo Wartoyo meningkat hingga 80 persen. Ia juga sempat mendapat omzet hingga Rp2,3 miliar sebulan dari penjulan gamelan dan pintu ukiran beserta joglo ukuran kecil.
“Konsumen yang pesan rata rata satu set gamelan, namun yang pesan bijian pun juga banyak. Bahannya ada perunggu, kuningan, dan juga gamelan besi. Selain gamelan kami juga dapat pesanan wayang kulit,” terang dia.
Sampai saat ini, para pemesan didominasi dari instansi, pemerintah desa, dan sanggar seni. Sementara terkait harga bervariasi bergantung spesifikasi gamelan.
“Kalau bahan saya ada yang buat baru, ada juga beli seken. Khusus yang seken kami perbaiki. Kami memiliki tenaga sembilan orang, warga dari sekitar sini. Kalau soal harga relatif saja, tentu mengikuti spesifikasi gamelan,” jelas Ki Dalang Gondo Wartoyo.
Harga gamelan dari perunggu harganya mulai dari Rp80 juta hingga Rp500 juta, bahan kuningan sebesar Rp100 juta hingga Rp200 juta, sedangkan gamelan dari besi berkisar Rp25 juta hingga Rp60 juta.
“Dalam sebulan kami bisa mengirim empat hingga lima kali pengiriman pesanan, keluar Jawa paling banyak saat ini,” pungkasnya. (jaka)
(and_)