SOLO, solotrust.com - Hampir dua tahun Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa memimpin Kota Solo. Di tahun kedua Gibran-Teguh memimpin, indeks kepuasan masyarakat (IKM) mencapai angka 96 persen dengan kategori memuaskan.
Indeks itu didapatkan dari penelitian dilakukan Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP) Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo. Salah satu faktor memengaruhi hasil survei, yakni kepemimpinan yang merakyat.
Hasil survei, index score persepsi merakyat Wali Kota Gibran Rakabuming Raka sebesar 1.837 dengan rerata skor 3.3 kategori sangat merakyat. Penelitian ini menggunakan skala likert dengan empat pilihan.
Ketua Prodi MAP Unisri Solo, Suwardi, mengungkapkan persepsi karakter merakyat memiliki kecenderungan stabil dalam rentang waktu 2020-2022 di angka rerata skor indeks 3.3. Dalam skala likert masuk kategori sangat merakyat.
"Cuma hati-hati juga sekarang yang rakyat bukan hanya Jokowi dan Gibran, Erick Thohir sekarang juga merakyat, Muhaimin Iskandar juga mulai merakyat," ungkapnya dalam konferensi pers di Gedung Pascasarjana Unisri, Rabu (15/02/2023).
Jika pada penelitian di tahun sebelumnya, Suwardi menyatakan senjata paling ampuh dalam dunia politik adalah merakyat, namun tahun ini dan ke depannya tidak diketahui apakah 'senjata' itu masih ampuh.
Suwardi mengibaratkan merakyat adalah cundamanik. Dalam dunia pewayangan diartikan dengan membunuh lawan-lawan politik.
"Sekarang pertanyaannya cundomaniknya banyak, bukan hanya bisa diklaim oleh Gibran dan Jokowi saja. Karena itu, maka saya sedang berancanangkan senjata politik apa lagi yang lebih ampuh selain merakyat itu," ujarnya.
Ditemui terpisah, mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo memberikan tanggapannya tentang konsep pemimpin daerah yang merakyat. Dirinya mengaku mendapatkan pesan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan secara tersurat oleh Bung Karno bahwa menjadi petugas partai harus paham betul tentang tugas sebagai partai politik.
"Berjuang meraih sebuah kekuasaan, meraih kesejahteraan rakyat tanpa memandang suku, agama, kasta, dan sebagainya, tidak," kata FX Hadi Rudyatmo.
"Nah, sehingga pesan beliau adalah jangan sekali-sekali membelakangi rakyat, jangan sekali-sekali memunggungi rakyat. Rakyat adalah kekuatan yang riil untuk memajukan perkembangan yang ada di Republik Indonesia. Artinya, kalau rakyat saya sedih, pimpinan yo melu (juga ikut-red) sedih," sambungnya. (riz)
(and_)