BOYOLALI, solotrust.com - Sebuah masjid kuno di Dukuh Glinggang, Desa Kendel, Kecamatan Kemusu, Boyolali konon katanya sempat sebagai tempat pertapaan Raden Said atau Sunan Kalijaga.
Masjid yang hingga kini masih berdiri kokoh itu diberi nama Jami Jalaluddin. Masjid ini tergolong tua dan unik karena arsitektur bangunannya semua terbuat dari kayu jati.
Masjid Jami Jalaluddin yang telah berusia ratusan tahun kini digunakan warga untuk aktivitas beribadah. Samping masjid kuno ini memiliki tiga tangga pada bagian luar. Sebelah kiri dua tangga dan kanan satu tangga.
Sementara di sebelah Barat masjid terdapat dua makam pendirinya yang diberi pagar. Selanjutnya pada jendela kanan dan kiri tepat di mihrab atau tempat imam terdapat kaligrafi dua lafaz Alquran berbentuk manusia sedang salat.
Adapun tempat wudu di masjid tua ini berupa bak. Jika jemaah ingin berwudu harus menggunakan gayung, namun sebagian sudah dibuatkan keran.
Menurut Muhndori ,salah satu cucu Mbah Jalal, pembangunan Masjid Jami Jalaluddin tidaklah gampang. Konon, kayu jati yang didapat terbilang aneh dan cukup sakral sebab untuk mendapatkannya harus berpuasa dua tahun dan memanjatkan doa khusus.
“Cerita dari bapak saya dulu bahwa masjid ini dibangun dengan susah payah dan penuh pengorbanan. Kayu yang buat bikin masjid bukan kayu sembarangan,” katanya kepada wartawan, Kamis (30/03/2023).
Sebagian kayu jati di Masjid Jami Jalaluddin merupakan peninggalan dari Raden Said yang sampai saat ini masih disimpan di sebuah kotak kayu di dekat mimbar.
“Di sini ada peninggalannya Raden Said, yaitu kayu jati ukuran kecil. Sekarang oleh tokoh masyarakat sini diminta agar disimpan dengan baik,” ungkap Muhndori.
Masjid diperkirakan berusia ratusan tahun ini tergolong bangunan tua dan unik karena seluruh dinding dan tangga serta lantai terbuat dari kayu jati.
“Semua bangunan masjid ini terbuat dari kayu jati. Masjid ini tingkat satu, bagian atas dulu khusus buat mengaji Alquran, tapi kalau sekarang untuk tempat salat. Menurut Mbah Jalal dulu, kalau ngajinya di bawah tidak baik karena di atas sana ada orang, sama saja di bawah kaki Alqurannya,” beber Muhndori.
Konon, Masjid Jami Jalaluddin dulu sempat digunakan Raden Said sebagai tempat bertapa. Masjid ini juga sempat terbengkalai tidak terurus hingga akhirnya dirawat dan dibersihkan warga serta difungsikan kembali sebagai tempat beribadah.
“Masjid kuno ini dibangun oleh Mbah Jalal dan gurunya Kiai Jalal. Orangtua saya kemudian dipesan untuk merawatnya sebagai tempat beribadah,” kata Muhndori.
Masjid selebar 20 meter dengan panjang 40 meter, pada bulan suci Ramadan ini selalu ramai untuk aktivitas ibadah.
“Masjid ini baru direnovasi dua kali pada bagian menara atas sebelah Barat dan tempat imam. Kalau yang lainnya masih utuh dan kokoh,” sebut Muhndori. (jaka)
(and_)