BOYOLALI, solotrust.com – Fenomena kematian ikan secara mendadak pada keramba jaring apung (KJA) di Waduk Kedung Ombo (WKO) menimbulkan kerugian tak sedikit. Kelompok pembudidaya ikan disebut merugi hingga Rp4 miliar lebih.
Kematian ikan secara massal ini, menurut Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Kabupaten Boyolali, Nurul Nugroho merupakan siklus tahunan kerap terjadi hampir di semua waduk dengan perikanan jenis keramba. Terkait itu, perlu perlu adanya pendampingan dan penyadaran kelompok petani ikan KJA.
“Budidaya ikan sistem KJA perlu ada pendampingan dan penyadaran terhadap kelompok dengan adanya monitoring kualitas air,” ujarnya, Selasa (03/01/2022).
Pengendalian budidaya ikan pada keramba jaring apung, kata Nurul Nugroho harus menerapkan teknologi ramah lingkungan. Adapun langkah yang sudah dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan, di antaranya pendataan dan verifikasi jumlah ikan mati serta jumlah pembudidaya terdampak.
Kasus matinya ribuan ikan di Desa Wonoharjo, Kemusu, Boyolali terjadi mulai Sabtu (31/12/2022) sekira pukul 07.00 WIB.
“Jumlah kematiannya mencapai 172 ton, data pada 2 Januari hingga pukul 13.30 WIB. Jumlah anggota ada 32 kelompok dan total kerugian mencapai Rp4,725 miliar,” ungkap Nurul Nugroho.
Sementara penyebab kematian massal ikan, menurut dia lantaran faktor cuaca. Selama satu pekan cuaca mendung sehingga kondisi air permukaan waduk menjadi dingin. Hal ini mengakibatkan fenomena up-welling dan terjadi drop oksigen (DO).
“Upaya yang dilakukan pemindahan keramba ke tempat yang lebih aman dari up-welling dan harus dipompa pakai diesel air untuk menaikkan oksigen,” terang Nurul Nugroho.
Akibat kejadian ini, pembudidaya harus segera melakukan panen ikan yang sudah masuk ukuran jual dan dilakukan pemantauan kondisi air secara berkala.
“Kalau sudah begitu harus dilakukan panen ikan, terutama yang sudah dapat dipanen atau dijual. Petani ikan juga harus memantau kondisi air secara berkala,” pungkasnya. (jaka)
(and_)