REMBANG, solotrust.com - Keluhan warga Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Rembang, Jawa Tengah terkait aktivitas penambangan batu kapur di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih oleh PT Semen Gresik yang berada tak jauh dari pemukiman sudah cukup lama mereka rasakan.
Warga mengeluh karena aktivitas blasting atau peledakan di lokasi tambang batu kapur di kawasan CAT Watuputih menimbulkan polusi udara serta mengakibatkan pencemaran pada lahan pertanian.
Selain itu, warga juga mengeluhkan debu di jalanan berasal dari aktivitas lalu lalang kendaraan tambang yang beroperasi di sejumlah titik sekitar lokasi. Warga Desa Tegaldowo, Abdullah mengatakan, dampak debu dari aktivitas penambangan batu kapur di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih sudah dirasakan sejak lima tahun silam.
Ia menyebut, debu dampak penambangan mengakibatkan polusi udara serta mengakibatkan pencemaran pada lahan pertanian. Pasalnya, di sisi kanan maupun kiri lokasi tambang terdapat sawah warga yang secara otomatis tercemari debu, tanaman diselimuti debu, dan memengaruhi hasil panen.
"Sudah lama kami terdampak debu, bahkan sejak pabrik semen beroperasi pada 2018 lalu. Lokasi tambang hanya berjarak tiga kilometer dari pemukiman, jadi warga sini sering mengeluhkan sesak napas dan batuk-batuk. Lahan pertanian juga rusak dan hasil panen menurun," terang Abdullah kepada wartawan, Senin (31/07/2023).
Lebih lanjut ia menjelaskan, dampak debu juga diperparah akibat aktivitas lalu lalang kendaraan tambang beroperasi di sejumlah titik sekitar jalan desa. Adapun untuk mengurangi paparan debu, warga setempat pun sudah berinisiatif menyirami jalanan setiap kali ada kendaraan berat melintas. Kendati demikian, tindakan itu dinilai sia-sia lantaran volume kendaraan melintas setiap harinya makin bertambah.
"Setiap hari kendaraan tambang angkut batu lewat jalan desa, cuma libur di Hari Minggu. Kalau total armada kami tidak menghitung karena lalu lalang kendaraan tambang beroperasi dari pagi hingga sore hari," ucap Abdullah.
"Dulu sebelum ada penambangan warga sering duduk di depan rumah karena masih terasa nyaman, namun sekarang semenjak ada penambangan warga enggan keluar rumah karena mengeluh banyak debu. Setiap hari warga melakukan penyiraman jalan, tapi cuma bertahan beberapa menit saja," tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan warga Desa Tegaldowo lainnya, Joko Prianto. Ia mengaku dampak debu akibat aktivitas penambangan batu kapur di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih sudah cukup lama dirasakan. Lahan pertanian miliknya pun terdampak karena diselimuti debu sehingga membuat kualitas panen menurun.
"Debu sangat mengganggu tanaman milik petani karena tanaman tidak lagi bisa tumbuh maksimal akibat tercemari debu. Sudah lima tahun ini warga hidup berdampingan dengan debu karena faktanya debu sangat luar biasa. Paparan debu ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan warga, terutama anak-anak," beber Joko Prianto.
"Harapan kami aktivitas tambang di kawasan CAT Watuputih dan operasi pabrik semen segera dihentikan. Kerusakan kawasan CAT Watuputih di Kabupaten Rembang sudah cukup sampai di sini saja, jangan diteruskan karena kerusakan akan semakin parah," pungkasnya. (mn)
(and_)