BOYOLALI, solotrust.com - Warga Desa Pagerjurang, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali mengolah limbah kotoran sapi menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan bagi rumah tangga.
Kepala Desa Pagerjurang, Nur Amir mengatakan, pemanfaatan limbah kotoran hewan sapi sudah dilakukan warga sejak 2021 silam. Menurutnya, limbah organik kotoran sapi diolah menjadi biogas ini selain tidak berbahaya, juga terjangkau bagi masyarakat.
"Kami bersama warga lainnya di sini dari 2021 mengolah kotoran sapi menjadi energi rumah tangga. Energi dari limbah tidak berbahaya juga murah. Biogas terasa lebih murah dibanding gas elpiji," kata Nur Amir, saat ditemui
solotrust.com, Minggu (20/08/2023).
Adapun manfaat penggunaan biogas, yakni kebersihan lingkungan terjaga, kebutuhan bahan bakar tercukupi, mengurangi tumpukan kotoran hewan, tidak mencemari udara dan air, serta dapat menghasilkan pupuk organik.
"Selain itu kita dapat menghemat pengeluaran. Seharusnya beli gas elpiji ke warung, tapi dengan pemanfaatan limbah sapi, hal itu tak diperlukan lagi," sambung Nur Amir.
Warga Desa Pagerjurang sebanyak 90 persen di antaranya merupakan petani dan peternak hewan sapi. Setiap orang rata rata memiliki empat hingga sepuluh ekor hewan sapi.
Apabila ditotal, Desa Pagerjurang terdapat sekira 4500 ekor sapi. Kendati belum keseluruhan warga menggunakan biogas, namun sebagian besar sudah memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas.
"Warga di sini rata rata memiliki empat sampai sepuluh ekor sapi, kebanyakan sapi perah. Sebenarnya untuk biogas rumah tangga, dua sampai tiga sapi sudah bisa dimanfaatkan menjadi biogas. Modalnya cuma paralon untuk membuat tampungan limbah sapi. Saya dulu modalnya Rp4 juta ditambah ongkos kerja," beber Nur Amir.
Ia tak menampik tidak gampang mengubah mindset warga untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas rumah tangga. Menurut Nur Amir, banyak kendala dialami saat melakukan sosialisasi.
"Kami sudah melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat terkait kotoran sapi menjadi biogas. Ada juga kendala yang dihadapi, mulai dari segi waktu serta biaya pembuatan instalasi limbah. Ke depan, kami berharap warga di Pagerjurang ini 60 sampai 70 persen menggunakan biogas," paparnya.
Sementara itu, Jumadi (56), warga setempat mengaku selama memanfaatkan limbah kotoran hewan sapi dapat menghemat keuangan rumah tangga. Ia sudah menggunakan biogas sejak 2021.
"Pengelolaannya masih mandiri, dulu pernah dibuat kelompok, tapi tidak lama karena banyak faktor dari masing masing orang. Sekarang warga yang mau, tinggal nyambung ke tetangga dekatnya saja," kata dia. (jaka)
(and_)