BOYOLALI, solotrust.com - Warga Desa Urut Sewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali ramai ramai memanfaatkan limbah industri tahu dan ternak hewan sapi, disulap menjadi energi terbarukan untuk rumah tangga (biogas).
Alhasil, desa di lereng Gunung Merapi ini dikenal sebagai desa mandiri energi terbarukan. Bahkan, ada 200 kepala keluarga (KK) telah memanfaatkan limbah industri tahu dan kotoran sapi menjadi energi penganti gas elpiji.
Pemilik usaha industri tahu, Suwarno (45) menjelaskan, inovasi energi terbarukan untuk rumah tangga berawal dari tidak terimanya warga terkait keberadaan limbah industri tahu mengalir ke sungai.
“Sudah lama sekali, dulu limbah industri tahu saya mengalir ke sungai dekat rumah saya. Sebagian warga protes kemudian saya berinisiatif memanfaatkan limbah itu menjadi biogas,” katanya kepada solotrust.com, Jumat (25/08/2023).
Menurut Suwarno, banyak manfaat dihasilkan dari limbah industri tahu ini. Pertama, limbah tahu dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti gas elpiji. Kedua, limbah industri tahu juga dapat dimanfaatkan sebagai lampu penerangan pengganti listrik. Ketiga, selama memanfaatkan limbah tahu, warga dapat menghemat pembelian gas elpiji tiga kilogram.
“Selama memanfaatkan limbah tahu, warga di sini dapat menghemat pengeluaran untuk beli gas elpiji,” ungkap dia.
Adapun sampai saat ini digester yang sudah dibangun menampung 6000 liter dengan kapasitas delapan kubik untuk mengalirkan biogas kepada sembilan kepala keluarga.
“Biogas di tempat saya dapat mengaliri sembilan KK. Daya tampung limbah ada 6000 liter, namun seharusnya seribu liter. Ya karena tidak memenuhi, jadi sebagian limbah terbuang ke sungai,” katanya.
Adapun untuk membangun digester membutuhkan biaya cukup besar, yakni Rp50 juta. Ke depan rencananya dilakukan pembangunan digester lagi agar semua limbah dapat tertampung dan dapat dimanfaatkan untuk energi alternatif rumah tangga lebih banyak.
“Rencana kami nambah satu tampungan lagi agar tidak ada yang terbuang di sungai, sehingga warga yang lainnya juga dapat menikmati biogas tersebut,” kata Suwarno.
Salah seorang pengguna biogas industri limbah tahu, Marianto (40), warga Dukuh Gilingan Lor Desa Urut Sewu, mengaku senang dapat menikmati energi terbarukan dari limbah industri tahu.
“Saya menggunakan biogas ini sejak Mas Suwarno pemilik usaha tahu membuat digester. Setelah memakai biogas ini dapat menghemat pengeluaran untuk beli gas elpiji tiga kilogram,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Urut Sewu, Sri Haryanto menjelaskan, biogas limbah industri tahu maupun ternak sapi banyak manfaatnya bagi warga. Salah satunya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
“Urut Sewu ini dijuluki desa mandiri energi terbarukan sejak 1990. Pada tahun itu baru terbangun satu sumur digester, kemudian pada 2013 sampai 2016 bertambah menjadi 15 unit bantuan biogas ternak sapi dan empat unit swadaya biogas tahu,” jelasnya.
Seiring berkembangnya waktu, pada 2017 kembali bertambah lima unit biogas ternak, 2018 menjadi empat unit bantuan biogas ternak, dan empat unit biogas ternak swadaya.
“Alhamdulilah bertambah terus. Pada 2019 bertambah lagi sepuluh unit biogas ternak, satu unit biogas tahu swadaya, dan tiga unit biogas portabel. Pada 2022 ada 43 unit biogas dan tiga unit biogas portabel,” urai Sri Haryanto.
Adapun rincian semua biogas dimiliki di Desa Urut Sewu, yakni tiga unit biogas portabel berkapasitas 02 m3, satu unit biogas ternak ayam berkapasitas 6 m3, kemudian ada lima unit biogas industri limbah tahu berkapasitas 25 m3.
“Pengguna biogas saat ini sudah mencapai seratus KK lebih. Dampak dari energi ini dari sisi ekonomi warga, sosial masyarakat, pemberdayaan kelompok masyarakat, dan lingkungan,” jelas Sri Haryanto.
Penggunaan biogas juga dapat menghemat anggaran elpiji sebesar Rp720 ribu setiap tahun per kepala keluarga. Penghematan kayu bakar Rp1,44 juta setiap tahun per KK, penghematan listrik asumsi Rp3 juta per tahun.
“Kami selalu rutin mengadakan pertemuan kelompok masyarakat dan mengajak untuk menghemat biaya pengeluaran setelah adanya biogas ini,” pungkas Sri Haryanto. (jaka)
(and_)