BOYOLALI, solotrust.com - Warga Dukuh Pentongan, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, menggelar tradisi tahunan Saparan yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak dahulu kala, Sabtu (23/08/2025). Tradisi ini berawal dari bentuk syukuran panen yang dilakukan para petani sebagai wujud rasa syukur atas hasil bumi yang mereka peroleh.
Dalam rangkaian kegiatan Saparan, warga mengadakan selamatan, doa bersama, istighosah, serta membersihkan sumber mata air yang menjadi penopang kehidupan masyarakat setempat. Acara kemudian dilanjutkan dengan kenduri bersama, di mana warga bergotong-royong membawa tumpeng dan berbagai hidangan untuk dimakan bersama sebagai wujud kebersamaan antarwarga.
Warga Dukuh Pentongan, Suwarno, menjelaskan tradisi Saparan memiliki makna sangat penting bagi masyarakat.
"Saparan ini adalah momentum untuk memperkuat persaudaraan, baik antarkerabat maupun sesama warga. Dengan adanya silaturahmi dan sedekah, Insyaa Allah masyarakat diberi kelapangan rezeki, dijauhkan dari bala, serta mendapat keberkahan," ujarnya.
Tradisi Saparan sempat terhenti pada masa pandemi Covid-19, namun setelah situasi kembali kondusif, warga kembali melaksanakan kegiatan ini setiap tahun. Harapannya, tradisi ini dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya dan nilai kebersamaan masyarakat Dukuh Pentongan, Desa Samiran, Kecamatan Selo.
Dengan demikian, tradisi Saparan di Dukuh Pentongan, Desa Samiran, Kecamatan Selo merupakan salah satu contoh nyata dari kekayaan budaya dan nilai kebersamaan masyarakat Indonesia. Semoga tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai kebersamaan.
*) Reporter: Rossalia Yolanda Putri/Nirmala Asnaliza Mutiasari/Meylina Nur Cahyatri
(and_)