Solotrust.com – Baru-baru ini Netflix merilis sebuah serial dokumenter cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia. Pasalnya, penyedia layanan streaming media digital ini mengangkat salah satu kasus sempat menggemparkan publik pada 2016 silam.
Serial dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso ini merupakan kilas balik atas kasus kopi sianida menimpa Jessica Wongso dan Mirna Salihin.
Lebih kurang tujuh tahun telah berlalu sejak kasus ini dibawa ke ranah persidangan, hingga muncul serial Netflix Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso. Tak ada yang mengira sebegitu besarnya atensi masyarakat.
Sejatinya perpecahan atau pembentukan kubu pro dan kontra atas penetapan Jessica Wongso sebagai pelaku kasus meninggalnya Mirna sudah terjadi saat persidangan itu dimulai.
Jika menilik ke belakang, arus informasi yang terjadi hanya pada kuasa media-media besar. Masyarakat yang tidak memiliki kuasa lebih untuk mengeluarkan pendapatnya terkait kasus itu hanya dapat melihat dari perspektif media saja. Alhasil, apa yang dituangkan di media menjadi satu hal mungkin saja dianggap paling benar.
Berbeda dengan saat ini di mana media sosial dan kebebasan berpendapat sudah bisa dilakukan siapa pun. Terlebih, setelah serial dokumenter ini ter-blow up ke ranah publik, semua entitas masyarakat mulai ikut berspekulasi atas kasus yang sudah tenggelam selama tujuh tahun lamanya.
Banyak informasi baru kini mulai terangkat ke media dan menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa kasus ini bisa menarik atensi kembali?.
Media sosial menjadi platform saat ini banyak digunakan sebagai sarana komunikasi atraktif dalam menanggapi suatu kejadian, sehingga akan lebih memperjelas bagaimana isu tersebut digiring dan ditempatkan. Kasus kopi sianida merenggut nyawa Wayan Mirna Salihin menjadi besar karena media membuat framing begitu kuat saat itu.
Namun, berbeda dengan saat ini banyak praktisi, akademisi, mahasiswa, bahkan masyarakat umum ikut menanggapi kejadian demi kejadian dengan membandingkan keterangan saat persidangan, pada serial dokumenter, dan juga pada platform media sosial lainnya seperti YouTube saat ini.
Masyarakat seakan diajak untuk menyusun puzzle kisah yang sedikit demi sedikit mulai terungkap. Sejak ditayangkan perdana, serial dokumenter Ice Cold ini banyak warganet ikut menyorot kasus yang sudah mendapat putusan hakim.
Di media sosial, bahkan sampai muncul tagar #justiceforjessica karena merasa ada kejanggalan atas kasus kopi bersianida ini. Banyak pertanyaan di benak masyarakat apakah mungkin jika kasus ini dibuka kembali dengan pertimbangan yang telah dipikirkan.
Salah seorang content creator sekaligus mahasiswi Jurusan Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Esther Natalia juga ikut berkomentar terkait kasus kopi sianida yang kembali mencuat lewat tayangan dokumenter Netflix ini.
Ia menanggapi terkait pertanyaan yang banyak digaungkan di media belakangan, yakni apakah kasus tersebut dapat dibuka kembali. Menurutnya, kasus ini sangat bisa dibuka kembali, namun apakah sebanding dengan hukuman penjara selama tujuh tahun telah dijalani Jessica Wongso.
“Kasus ini sebenarnya bisa dibuka kembali, tapi ya lo liat lagi Jessica sudah dipenjara tujuh tahun, hidupnya udah hancur. Terus pada banyak yang nanya kenapa nggak ngajuin banding? Dia (Jessica) udah ngajuin woi, pengacaranya sampai sebelas by the way. Sampai nota pembelaannya dia masih mengakui bahwa bukan dia pembunuhnya,” papar Esther Natalia dalam video TikTok-nya.
Ia juga mengatakan, hal itu memiliki tantangan berbeda. Dulu opini publik sangat kencang, namun masyarakat sipil tak bisa menggunakan media sosial untuk bersuara, jadi tidak apple to apple.
“Misal nih media tuh ngomong apa, orang bakal percaya aja karena kebohongan yang dibilang berulang-ulang itu akan menjadi kebenaran,” tambahnya.
Di lain sisi, Esther Natalia juga menyoroti beberapa kejanggalan terkait kasus hukum yang pada saat itu berjalan. Salah satunya ialah dengan tidak dilakukannya proses autopsi pada tubuh Mirna.
Menurutnya, kasus kematian tak wajar itu harus dilakukan autopsi apa pun alasannya untuk mengetahui kebenaran atau fakta sesungguhnya. Esther Natalia juga menuturkan kematian tak wajar tanpa adanya autopsi tak mungkin diketahui penyebabnya secara pasti.
“Memperkarakan suatu kasus dengan mentersangkakan seseorang itu wajib melakukan autopsi (pada kematian tidak wajar). Lalu kenapa nggak dilakukan autopsi?. Semua orang bebas beropini ya, tapi kalau gua ya, sepanjang gua belajar hukum, semua kasus itu minimal dua alat bukti. Ini alat buktinya apa?” sambung Esther Natalia
Pemilik akun TikTok Janes_cs, salah satu mantan jurnalis yang ikut meliput persidangan kopi sianida ini juga ikut berkomentar terkait putusan dijatuhkan pada Jessica.
“Kalian tahu guys, pasal yang dijatuhkan ke Jessica itu pasal pembunuhan berencana dan itu nggak main-main loh. Kenapa gua bilang I’m not sure, karena gua ngerasa gua nggak ngeliat perencanaannya itu di sebelah mana," kata akun Janes_cs.
"Jadi waktu itu yang dikatakan perencanaan itu karena Jessica datang duluan, mesen kopi duluan, duduk di situ duluan sebelum Hani dan Mirna datang dan dianggap Jessica menaruh sianida sebelum Mirna datang,” sambungnya.
Tak sedikit pula orang mempertanyakan terkait kontroversi dari dokumenter Netflix yang hanya berdurasi lebih kurang satu jam saja sudah bisa merangkum dan menyimpulkan kasus dengan waktu persidangan berbulan-bulan.
Hal ini banyak diungkapkan pada kubu pro akan Jessica sebagai pelakunya. Perdebatan ini juga menjadi sebuah hal menarik, bagaimana kita bisa memandang sebuah kasus dari dua perspektif.
Masyarakat harus mampu menyerap dan menanamkan pada diri mereka bahwa di persidangan tidak selamanya benar, begitu pun yang ada pada dokumenteri. Mengapa ini menjadi penting karena kita harus menyisakan ruang berpikir dalam menyikapi suatu kasus.
Lantas, apakah Netflix menipu dengan pembuatan serial dokumenteri tersebut, melihat secara hukum dan ranah jurnalistik apa yang dilakukan oleh Netflix sudah sesuai kaidah yang ada. Di mana di dalamnya terdapat wawancara dari orang-orang terlibat langsung dalam kasus kopi sianida ini.
Namun, masih banyak entitas kasusnya belum digali secara dalam, termasuk kedekatan suami dari korban yang harusnya memiliki kesempatan untuk digali lebih dalam.
Masih banyak kontroversi akibat tanyangan Netflix berjudul Ice Cold ini. Bukan hanya mengingatkan pada kasus sudah lampau terlupa, namun banyak warganet menginginkn keadilan untuk Jessica.
Adanya banyak pertanyaan akan kesempatan untuk membuka kasus ini kembali dengan temuan kejanggalan yang terus terkuak, membuat kasus ini menjadi perbincangan hangat untuk digali kembali. (Alan Dwi Arianto)
(and_)