Solotrust.com - Raphael Wregas Bhanuteja, seorang sineas muda berbakat asal Yogyakarta kembali menghadirkan karya terbarunya berjudul "Budi Pekerti." Film ini memulai penayangannya secara serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 2 November 2023.
Adapun hingga hari ini, Selasa (07/11/2023), Budi Pekerti sudah disaksikan 206.465 penonton. Film ini sebelumnya telah tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto, Kanada pada 9 September 2023.
Merangkum berbagai sumber, dikenal atas prestasi luar biasa lewat film-film sebelumnya, seperti "Penyalin Cahaya" (2021) menyabet 17 nominasi di Festival Film Indonesia 2023, Wregas Bhanuteja telah menorehkan jejak gemilang dalam karier sineasnya sejak masa sekolah di SMA De Britto Yogyakarta. Ketika itu, bakatnya dalam perfilman mulai terlihat.
Dengan kreasi berbagai film pendek, termasuk karyanya meraih juara 1 di Kompetisi Film Pendek Psymotion dengan film "AKU", diambil dari keresahannya terhadap suara knalpot di Yogyakarta, Wregas Bhanuteja menandai langkah awalnya secara gemilang.
Setelah lulus SMA, pada 2010 ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Semasa kuliah, Wregas Bhanuteja terus menghasilkan karya-karya seperti Senyawa (2012) yang diambil dari film seluloid 16 mm.
Perjalanannya berlanjut pada 2013. Ia mengajukan diri untuk magang bersama Riri Riza dan diterima sebagai asisten sutradara ketiga dalam film Sokola Rimba (2013).
Setahun setelahnya, Wregas Bhanuteja lulus dari IKJ dengan menggarap tugas akhir film pendek berjudul Lemantun (2014). Film ini bercerita mengenai sebuah lemari warisan neneknya dan berhasil meraih beberapa penghargaan, yakni dalam Festival Film Pendek XXI 2015 dan Apresiasi Film Indonesia 2015.
Sineas kelahiran 20 Oktober 1992 juga pernah dinobatkan sebagai sutradara termuda pada usia 22 tahun, setelah masuk dalam seleksi ajang festival di Berlin International pada 2015 dengan filmnya berjudul Lembusura (2014).
Pada 2016, Wregas Bhanuteja bekerja sama dengan Studio Batu Jogja untuk menulis dan menyutradarai Film Prenjak (2016). Film ini berkisah tentang seorang wanita menjual korek api di Yogyakarta.
Melalui film pendek ini, Wregas Bhanuteja bisa mendulang berbagai penghargaan, mulai dari ajang Festival Film Cannes, Festival Film Internasional Melbourne, SGIFF Silver Screen Award hingga Festival Film Indonesia. Dengan capaian itu, dirinya berhasil menjadi sutradara Indonesia pertama menerima penghargaan di Festival Film Cannes.
Kesuksesan sejati datang ketika sutradara 31 tahun ini mempersembahkan film panjang pertamanya, "Penyalin Cahaya" (2021). Saat itu ia menggemparkan Festival Film Indonesia dengan membawa pulang 12 Piala Citra dari 17 nominasi. Film ini bukan hanya memenangkan kategori-kategori utama, namun juga mengukuhkan posisi Wregas Bhanuteja sebagai sutradara penuh bakat dan inovatif di kancah perfilman Indonesia.
Perjalanan gemilang Wregas Bhanuteja adalah cerminan inspiratif bagi generasi muda, menunjukkan dedikasi, ketekunan, dan keberanian untuk berkreasi dalam dunia perfilman dapat membawa seseorang menuju puncak keberhasilan.
Karya-karya filmnya telah memberikan warna dan keunikan tersendiri dalam perfilman Indonesia, menjadikan namanya diperhitungkan dan diantisipasi setiap kali mengumumkan proyek film terbaru. (Chelsinia)
(and_)